Minggu, 08 Januari 2012

Cinta Yang Teruji

Pagi ini, di taman ini masih terasa udara dingin yang menusuk badan. Kusandarkan badan di bangku kayu yang biasa kami bertemu sambil kupandangi arah ke sebelah timur taman, biasanya dia datang dari arah sana dengan lari kecil sambil tersenyum., dan rambutnya yang panjang akan melayang-layang kebelakang dan kesamping bahunya. Lantas dari jauh saja dia sudah berteriak memanggilku “Kak Ray…!”, begitu teriaknya. Maka terlihat gigi putih bersih yang berderet bagus sekali.  Sungguh semuanya itu masih kuingat dan tak mungkin bisa kulupakan dan memang tak ingin kulupakan. “Oh ya !” masih ada satu hal lagi yang kuingat. Di badan kayu kamboja belakang bangku ini ada tertulis “Lisa dan gambar sepasang hati  yang tertusuk anak panah kemudian namaku Ray”. Coba aku lihat, mungkin masih ada disana. Ya, masih ada disana. Walau sudah tidak sejelas seperti pertama dibuat. Entahlah saat itu apa yang terlintas di hati Lisa, hingga dia membuat kenangan di pohon ini. Saat itu Lisa hanya berkata,”Ini tanda cinta kita takkan pernah berakhir”. “Tapi kenapa sekarang ini berubah……”
“Kak Ray…”, Kudengar dengan jelas suara itu tepat dibelakangku. Kubalikan badan dengan cepat.
“Lisa..??”, kataku sambil kupandangi tubuh seorang gadis yang ada dihadapanku sekarang ini.
“Lisa ku ini ?, bisik hatiku. Tinggi badannya sudah menyamaiku, wajahnya yang manis dan semakin menarik dengan sinar kedewasaannya. Dan..akh…rambutnya yang hitam panjang tetap dijaganya dengan utuh.
“Kak Ray !, sekali lagi Lisa menegurku.
“Lisa..”, jawabku dengan tetap mematung memandangnya.
“Maafkan Lisa kak Ray. Lisa telah membuat kak Ray bingung dan tak menentu”
“Ada apa Lisa ? Kenapa ? Kataku sambil mengajaknya duduk kebangku.
Tapi Lisa diam tak bergeming. Matanya lurus menatap tulisan yang ada di kayu. Sejenak kulihat wajahnya menahan emosi yang mendalam.
“Kamu teringat itu Lis..? kataku.
“Ya….tapi semua sudah berlalu”, katamu perlahan. “Semua telah berlalu”, Lisa mengulangi lagi sambil berusaha menghapus tulisan itu.
“Jangan Lis !, kucegah ia melakukan itu. “Kalaupun engkau sudah tidak ada, tapi biarlah itu tetap ada disana. Biar kenangan itu tetap abadi”
“Dan kenapa Lisa ? Kenapa dengan semua ini?”
“Apakah kamu telah punya pria lain?” Tanyaku sambil mencoba menatap matanya. Lisa tertunduk dan hanya melihat kebawah.
Sekarang aku dan Lisa telah duduk sama-sama dibangku tua itu. Biasanya dia selalu menyandarkan kepalanya dibahuku dan aku membelai rambutnya yang panjang hitam itu. Tapi kini tidak lagi.
“Kak Ray…Lisa sudah putuskan…”
“Pu..tuskan ? Apa yang sudah kamu putuskan lis ?”
“Hubungan kita telah berakhir….”
“Lisa !” aku terkejut sambil kupegang dagunya dan kutatap matanya. Aku yakin sinar mata itu tidak berubah. Tapi mengapa ? (hatiku bertanya).
“Apa kamu sadar dengan apa kamu ucapkan?”
“Lisa yakin…inilah jalan yang terbaik buat kita Kak Ray….”
“Jalan terbaik ? Bagaimana perpisahan ini kamu sebut jalan terbaik !”
“Terus terang saja Lisa. Kamu sudah punya yang lain bukan ?, tanyaku mendesak.
Tapi Lisa hanya diam membeku, tak ada sepata katapun yang keluar dari bibirnya. Dan aku menyadarinya. Tak ada gunanya hubungan ini dilanjutkan, bila isi dan tujuannya sudah kehilangan makna. Tak mungkin abadi bila semua itu hanya keterpaksaan saja.
Maka kuputuskan untuk berkata.
“Lisa walau kamu tidak mau mengatakan alasannya kenapa. Saya tidak bisa paksa kamu. Namun satu hal yang pasti dan dapat saya yakini”
“Saya mencintaimu dan tetap akan mencintaimu……”
Lisa menengadahkan wajahnya dan menatapku. Seolah banyak pertanyaan disana.
“Mengapa kak Ray masih mencintai saya , setelah semua ini terjadi ?
“Lisa ..apakah matahari memberi alasan untuk menyinari bumi ? Begitupula cinta kak Ray…padamu. Satu-satunya alasannya adalah , cinta “
“Cukup kak Ray, terserah kak Ray”, katamu agak keras dan membuatku sedikit terhentak.
“Yang penting Lisa sudah menyampaikan semuanya. Dan mulai saat ini Lisa tidak ada hubungan lagi dengan Kak Ray”, lantas kamu berdiri dan hendak pergi. Aku  pegang tangannya untuk menahannya pergi. Kamu menatapku sambil melepaskan peganganku.
“Kak Ray …ini sudah berakhir”, dan kamu pergi meninggalkanku sendiri.
Kini aku tinggal sendiri duduk dibangku tua ini, seakan tak percaya dengan baru saja terjadi. Apakah ini mimpi ? Kalau mimpi, pasti ini mimpi yang paling buruk selama hidupku. Dan aku ingin segera bangun. Tapi kenyataannya ini adalah nyata. Kenyataannya engkau memang pergi meninggalkanku. Kenyataannya aku tinggal sendiri dibangku kayu tua ini.


Penggalan Novel Cinta Yang Teruji-leopjos

Tidak ada komentar: