Puisi terindah adalah saat engkau tersenyum padaku,
yang membuat seluruh duniaku damai.
Puisi terindah adalah saat engkau menyandarkan tubuhmu didadaku,
yang membuat aku menjadi seorang yang sangat berarti.
Puisi terindah adalah saat engkau tertawa bahagia,
yang membuat duniaku menjadi begitu berwarna.
Puisi terindah adalah bening dua bola matamu,
yang membuat diriku menjadi tenang dan sejuk.
Puisi terindah adalah dirimu seutuhnya...
yang hadir dalam kehidupanku,
memberi warna,
memberi makna.
lho su fan, 21 nov 2013
leonardus pjos 2013
Kamis, 21 November 2013
Senin, 28 Oktober 2013
CINTA YANG TERUJI bagian 3/Final ( Cinta Sejati)
Ringkasan cerita yang lalu:
Setelah kepulangan Ray dari Batam ke Jakarta, dia mendapati Lisa gadis
impiannya, telah berubah sikap dan hatinya. Walau Ray merasa tak ada yang
berubah dari sinar mata Lisa, tapi Ray merasa tidak ada gunanya menahan sebuah
kata perpisahan yang diucapkan Lisa. Akhirnya Ray dan Lisa memutuskan untuk
mengakhiri hubungan mereka.
Langit itu gelap dan mendung…
Seakan akan segera turun hujan…
Hati tak lagi bernyanyi merdu…
Ada luka membekas dihati..
Bila mungkin besok datang…
Aku tak ingin berjumpa matahari..
Cukup hari ini aku menangis..
Cukup sampai disini kugaris kepedihanku…
“Sudahlah kisah cinta luh itu telah
berakhir…..”
“Bagiku cinta adalah cinta. Dan itu takkan pernah berakhir….”
“Tapi itu mimpi ! Kamu harus bisa
melihat kenyataan..!”
“…sebab mata cinta jauh lebih banyak melihat yang tersembunyi…”
Bagaimanapun
tegarnya Ray, sekuatpun apapun jiwa Ray. Tapi dia tak bisa menahan peristiwa
itu, dia tak kuasa menahan kesedihan dan kekecewaan hatinya. Hari-hari yang dia
lalui seakan menghianatinya. Dalam hatinya selalu bertanya, “ Mengapa semua
harus terjadi ? Dan mengapa terjadi
setelah sekian lama terjalin dan setelah semua perjuangan kulalui?”.
Sekarang pekerjaan dikantor atau aktivitasnya di organisasi gereja hanya
menjadi pelarian, hanya sebagai tempat untuk bersembunyi dari hatinya yang
terluka. Dalam hati Ray masih ada Lisa dan dia tidak dapat gampang melupakan
semua itu. Bagi Ray berpisah dengan Lisa
sebenarnya adalah kehilangan separuh dari nyawanya. Tapi dia memang tidak dapat
menahan Lisa, tidak tahu kenapa ?
MAMAKU TETAP MAMAKU
“Ray akhir-akhir ini mama lihat kamu khoq diam saja ?”
“Ray…mama ngerti kamu pasti merasa sangat sedih…Mama harap kamu bangkit
lagi. Kembali seperti semula lagi”
Tapi Ray hanya memandang mamanya dengan bibir tersenyum kecil dan
melanjutkan permainan gitarnya.
“Mama serius lho..Ray…Mama ingin lihat kamu itu kembali ceriah, seperti Ray
yang dulu”
Dengan tetap memetik gitar Ray kembali tersenyum kecil dan menatap
wajah mamanya. Hati kecil Ray merasa tersentuh dan sedih, mamanya masih
saja seperti yang dahulu. Begitu setia memperhatikannya, mengkhawatirkannya
walau terkadang Ray juga merasa tidak perlu terlalu demikian, karena Ray sudah
dewasa. Tapi mama ..ya mama…dilarang seperti apa juga kasihnya tetap mengalir.
Mama Ray hanya menggeleng kepala dan menyimpan cemas, dia memegang pundak
Ray dengan sentuhan kasihnya kemudian berbalik dan meninggalkan Ray yang asyik
dalam permainan gitarnya.
“Ma…”, panggil Ray
Mamanya yang sudah berjalan, diam, lalu
menengok ke arah Ray
“ya Ray ?”
“Sungguh ma…Ray tidak
kenapa-kenapa”, Kata Ray untuk meyakinkan mamanya.
=====***=====
SANG ORGANISATORIS
“Ray elu gila banget sich ?”
“Gila ? Apanya yang gila Di ?”
“Iya Ray…luh gila tapi lhoe hebat dan berani !”, tambah Dewi.
“Ha..ha..ha..maksudnya ngomongan gua tadi di rapat ?”
“Ha..ha..ha..ha..”’ mereka tertawa bersama-sama.
“Sebenarnya gua juga nggak mau kayak itu. Tapi gua nggak tahan, jadi ya gua
tumpahin aja uneg-uneg gua”
“Memang harus gitu Ray, kalau tidak mereka pikir mentang-mentang mereka
tua, lantas mereka selalu benar !” Kata Bobby.
“Sudah.. yang penting kita sudah kasih pelajaran buat mereka. Dan kita
sudah sampaikan apa yang menjadi ganjalan kita. Kita lihat aja nantinya,
bagaimana keputusan dari mereka”, kata Ray
“Ya, kita lihat saja . Apakah mereka mendengarkan aspirasi kita sebagai
orang muda. Kalau tidak, gua usulin agar kita demo aja !”
“Ha..ha..ha..tampang luh memang tukang demo Di ! Tapi apa jadinya
bila orang luar dengar ? Masak di
lingkungan gereja aja ada pakai demo-demo segala ?”, kata Dewi.
“Heii…mau makan nggak ?”, Agus berteriak.
“Mauuuu!!”, kompak mereka menyahut.
====****======
RAHASIA KITA BERDUA
Bagi Lisa ini memang keputusan yang terbaik yang harus dia lakukan. Hati
Lisa bukannya tak pedih, tapi hancur. Tapi dia merasa rela melakukan semua itu,
dia yakin bahwa apa yang dia lakukan
adalah jalan terbaik. Ya.., jalan terbaik buat dia dan Ray.
Sudah jelas Lisa
juga tak dapat melupakan Ray. Bagaimana mungkin melupakan ? Ray adalah cinta
pertamanya dan juga satu-satunya yang ada di hatinya. Namun keadaan yang
memaksa demikian.
“Lis..kenapa kamu tidak berterus terang pada Ray ?”, kata Shanty
“Saya tidak ingin melibatkan dia…”
“Bagaimana mungkin kamu tidak melibatkan dia ? Seharusnya dia adalah orang
pertama setelah orang tuamu yang mengetahui keadaanmu”
Lisa tidak dapat menjawab pertanyaan Shanty. Dia juga sebenarnya ingin
sekali mengatakan sejujurnya pada Ray. Tapi sungguh dia tidak kuasa, dia tidak
ingin melihat seorang yang dia cintai menderita karena dia. Lisa hanya diam,
matanya menerawang jauh dan mulai tampak bulir-bulir air mata mengalir disudut
matanya.
“Lisa maafkan saya…bukan maksud saya membuat sedih. Sungguh maafkan saya…”
“Tidak Shanty…tidak apa-apa. Kamu adalah sahabat saya, saya sungguh senang
mempunyai sahabat seperti kamu. Apa jadinya bila saya tidak mempunyai sahabat
seperti kamu”
“Hanya kamu yang tahu masalah saya selain kedua orang tua saya, karena saya
benar-benar sangat percaya sama kamu”
“Lisa..kamu dan saya adalah teman sejak kecil. Banyak masalah yang telah
kita lalui bersama dan tidak ada rahasia diantara kita. Bahkan saya rasakan
hubungan kita melebihi rasa persaudaraan”
“Saya tidak memaksa kamu untuk mengatakan semua itu kepada Ray. Hanya
saja saya berharap semoga ini benar-benar yang terbaik buat kamu”
“Terima kasih Shan… , walaupun
saya tidak tahu pasti apakah ini yang terbaik,” terdengar suara agak sembab
menahan sedih.
Shanty jelas tahu benar sifat dan
karakter sahabatnya itu. Lisa adalah gadis yang baik, dia rela berkorban untuk
orang yang dia cintai. Dan ini sebenarnya yang membuat Shanty tidak setuju.
Kenapa tidak ? Bukan mereka sudah saling mencintai ? Saling menyayangi ? Dan
juga harusnya saling pengertian ! Menurut Shanty harusnya Lisa bicara secara
terbuka pada Ray, karena Ray sudah seharusnya tahu. Shanty rasa memang tidak
adil bila Lisa mengambil resiko sendiri tanpa mengajak Ray. Harusnya Ray juga
diberi kesempatan untuk mengalami itu bersama, walaupun keputusan akhir di
tangan Ray. Atau mungkin Lisa takut
menghadapi kemungkinan terburuk !
*****=====*****
SUDAH BERLALU, TAPI TETAP
ADA
Hampir setahun sudah Ray dan Lisa berpisah atau tepatnya sebelas bulan
lewat sepuluh hari. Ray memang berusaha melupakan Lisa dengan kembali aktif di
berbagai kegiatan di organisasi kaum muda gereja. Dan terkadang teman-temanya
mencoba mengenalkannya pada seorang wanita agar Ray benar-benar melupakan masa
lalunya.
Lisa terakhir kali terdengar pindah kerumah saudara orang tuanya, di
Sukabumi. Dan sejak kepindahan Lisa,
Ray kehilangan kontak dan
informasi mengenai Lisa. Memang hanya sedikit yang tahu informasi mengenai
Lisa, orang tuanya dan ..sahabatnya Shanty.
“Ray gua ada barang bagus
nich..”, kata Hadi dengan nada humor tapi terlihat mukanya serius.
“Barang ..? Barang apaan Di ?”
jawab Ray dengan muka penuh tanda tanya.
“Wuaa…laaah…luh ! Belagak bego
apa sudah bego beneran sich luh Ray ?”
“Itu si Mimi..cewek baru itu. Dia itu cantik lho Ray, kalau gua lihat
banyak orang naksir sama dia. Tapi kelihatannya dia itu …….”
“Aaakkkhh udahlah Di… jangan ngaco da…”, Ray memotong perkataan hadi.
“Gua tahu dia cantik , menarik Di..tapi nanti dulu da…rasanya gua masih
belum bisa”
“Belum bisa ? Belum bisa apanya Ray ? Maksud luh belum bisa lupain si Lisa
?”
Ray tidak menjawab, bahkan seakan dia tidak mendengarkan komentar teman
karibnya itu. Dia hanya mencorat-coret sesuatu di buku agendanya, entah pikirannya
sedang kemana.
“Ray !”, panggil Hadi, membuat
Ray kembali ke alam nyata. Tapi
tetap saja Ray diam.
“Ray lupakan saja dia…kisah cinta luh sudah berakhir….”
Ray menatap Hadi dan kemudian menatap langit yang membentang luas, sambil
berkata.
“Bagi gua cinta adalah cinta. Dan itu takkan pernah berakhir”
“Tapi itu mimpi ! Luh harus
bisa melihat kenyataan..!”
“Sekarang sudah hampir setahun eluh dan dia berpisah, bahkan eluh sendiri
tidak tahu bagaimana khabarnya dia”, Hadi mencoba mengingatkan situasi sebenarnya
pada Ray.
“Dan lagi mungkin saja sekarang si Lisa sedang asyik pacaran dengan pria
lain”, tambah Hadi.
Di..gua nggak bisa salahin luh, sebab eluh memang tidak bisa merasakan langsung hubungan gua dengan Lisa. Tapi gua sangat yakin dengan perasaan gua, sebab mata cinta jauh lebih banyak melihat yang tersembunyi…”, jawab Ray sambil memeluk punggung sahabatnya itu.
Di..gua nggak bisa salahin luh, sebab eluh memang tidak bisa merasakan langsung hubungan gua dengan Lisa. Tapi gua sangat yakin dengan perasaan gua, sebab mata cinta jauh lebih banyak melihat yang tersembunyi…”, jawab Ray sambil memeluk punggung sahabatnya itu.
“Terima kasih Di. Sudahlah kita nggak usah ngomongin soal itu lagi, OK ?”,
kata Ray sambil mengencangkan pelukannya.
*****======*****
KAMU HARUS TAHU RAY
Seperti biasanya anak-anak kaum mudika paroki nongkrong di bawah pohon yang
berada di halaman gereja. Sejarahnya memang demikian dari generasi ke generasi,
bahwa nongkrong di pohon itu kayaknya semacam suatu kewajiban bagi kaum
muda-mudi. Banyak sudah banyak ide gemilang yang tercipta di bawah pohon itu,
walau memang ada juga tingkah-tingkah yang iseng. Tapi itulah kaum muda yang
energik, kreatif tapi terkadang sedikit sontoloyo. Ray bersama dengan
teman-temannya sedang nongkrong di sana, mereka ramai membicarakan tingkah laku
orang tua pengurus paroki bahkan ada juga kritik buat pastor paroki.
“Gus ! Luh tahu nggak ?”, kata si Dewi
“Enggak…?”, jawab si Agus sambil
bercanda.
“Yeee…, maksud gua soal gossip
pembongkaran tempat ngumpul kita-kita ini..nich..” kata Dewi sambil menunjuk
tempat dia duduk.
“Ooohh yang itu ? Iya tuh gua
nggak tahu ?”,
“Masa luh nggak tahu ?”, kaata
Dewi dengan nada sedikit tidak percaya.
“Eh Dew ..! Luh dapat bocoran
darimana tuh ?”, kata si Hadi dengan antusias.
“Rahasia dech…Tapi gua jamin
seratus persen dapat dipercaya ngomongannya.
“Katanya, orang tua itu mau bongkar tempat ini karena tempat ini tempat
ngumpul orang-orang brengsek. Dan menurut orang tua itu juga, tempat ini di
pakai untuk buat rencana-rencana yang tidak baik untuk gereja “, Dewi
menceritakan.
“Gila kali ya ! Dia pikir mentang-mentang tua dia itu selalu benar !”,
Teriak Hadi dengan emosi.
“Dan kita yang muda ini dia pikir gampang dikibulin..!”, tambahnya.
“Psstt Di…sudah tenang…ini gereja. Jangan begitu. Kita pikirin saja jalan
yang terbaik, buat hadapi si tua
itu. Dan gua yakin kita nggak salah, dia hanya sentimen saja sama
kita-kita”, jelas Ray.
Sementara semua sibuk bicara dan berpendapat dengan gossip pembongkaran
itu, di ujung jalan gereja Shanty berdiri menatap kearah kerumunan anak-anak
muda itu.
“Ray…sstt Shanty tuh !”, kata
Hadi sambil berbisik dan menyenggol Ray.
Ray menengok ke arah Shanty dan
Shanty melambaikan tangannya meminta Ray menghampirinya.
“Mau apa ya dia Ray ?”, Tanya Hadi sedikit penasaran.
Hadi dan Ray sudah tahu bahwa Shanty adalah sahabat karibnya Lisa. Dan selama ini memang hanya Shanty saja
yang selalu bersama-sama dengan Lisa sampai Lisa pindah ke Sukabumi.
“Nggak tahu..? Sebentar, ya ..”, kata Ray kepada Hadi dan juga kepada
teman-temannya sambil berjalan ke arah Shanty.
“Heeii Shan..ada apa ?”
“Heei Ray..ada perlu sedikit.. Mengenai Lisa ”
“Lisa ? Ya kenapa dengan Lisa”, Jawab Ray dengan sedikit enggan.
“Lisa sakit !”
“Sakit ? Lantas ada apa dengan saya ?”
“Ray…Lisa tidak pernah melupakanmu. Dia tetap mencintaimu….”
“Tak pernah melupakan ? Tetap mencintaiku ?”
“Lalu kenapa dia meninggalkan saya ?”
“Ray..kamu tidak tahu..”
“Baca ini dan semoga kamu tidak terlambat”, Shanty memberikan buku kepada
Ray.
====*****=====
BUKU HARIAN PENUH CINTA
“Akhh..ini buku harian Lisa. Kenapa Shanty memberikannya kepada saya ?”,
bisik hati Ray. Dengan hati yang gelisah dan pikiran yang kalut Ray mulai
membuka buku harian itu, dan membacanya….
Melbourne, 13 Nop 1990
Pk.16.00 sore
Aku baru saja tiba di Mellbourne. Udara disini dingin..uughh, untung aku
dibelikan mantel oleh mama.
Bagaimana yaahh keadaan kamu ? Aahh baru sehari saja sudah rindu.
Sudah dulu ya, mau beres-beres…
Ps: oh ya teman-teman disini baik dan ramah.
Melbourne, 16 januari 1992
Tengah malam,
Sedang apa ya kamu ? Saya disini tidak bisa tidur.
Lisa.
23 maret 1992
Hari ini saya capek banget. Testnya
susah banget tapi untung saya bisa.
Hari ini juga saya ke dokter, karena sepulang kuliah kepala saya sakit.
Saya dapat surat dari kak Ray, katanya ia ke Batam di kirim oleh kantornya.
Semoga kamu sukses ya….rasanya saya kangen dach….
Lisa
Membaca buku harian Lisa, Ray merasa melihat isi hati Lisa yang terdalam.
Ray mulai menahan haru, sedih dan entah rasa apa lagi yang berbaur menjadi
satu. Disadari bahwa Lisa begitu sangat merindukannya, itu bisa Ray lihat dalam
catatan-catatan harian selama Lisa di Australia. Ray membuka lagi
lembar-lembar demi lembar.
Melbourne, 18 Desember 1992
Untuk Mama, papa dan orang yang
sangat kucintai disana.
Hari ini di kota tempat saya tinggal cuacanya sedang dingin,
dan saya sedang liburan kuliah.
Saya harap berita ini tidak membuat mama, papa dan orang
yang kucintai bersedih. Hasil dari laboratorium telah saya terima, saya positip
tumor otak. Oh Tuhan mengapa ini
harus terjadi ? Apa saya telah berbuat dosa ? Saya takut dan saya sangat sedih
sekali. Saya membayangkan orang-orang yang saya cintai….
Saya bingung
apa saya harus bilang sama papa, mama dan kak Ray ? Tuhan tolong Bantu saya….
Lisa,
PS : Saya tidak bisa tidur.
Saya ingin pulang, saya ingin Natalan bersama papa, mama dan kak Ray ku,
entah berapa lama lagi
sisa waktuku.
Ray tidak bisa menahan air mata, kali ini dia benar-benar tak sadar apa
yang tengah terjadi. Dipandanginya foto mereka berdua yang ada di meja kamar.
Hati Ray semakin sedih saja….baru kini dia sadari..memang tak ada yang berubah
dari burung kecilnya itu. Rupanya maksud
kata perpisahan Lisa hanya ingin melindungi dirinya untuk tidak turut sedih dan
menderita.
“Lisa…!!!!!!” Ray berteriak
dengan menahan emosi yang mendalam sambil memeluk erat foto mereka. Betapa rasa
bersalahnya dia terhadap Lisa. Mengapa disaat-saat Lisa membutuhkannya, dia
tidak berada disampingnya, menguatkannya…dan menghiburnya….
Ray tak dapat membayangkan
bagaimana gadis manis yang lucu, lincah itu menjadi penyendiri dan diam. Dia juga membayangkan bagaimana perasaan
Lisa waktu mengatakan perpisahaan dengannya dan juga saat-saat sendiri
tanpanya. Semakin membayangkan semua tentang Lisa, Ray terasa semakin tenggelam
dalam rasa bersalahnya…Sekali lagi dia membaca catatan Lisa yang terakhir .
Jakarta, 23 Nopember 1996
Untuk semua orang yang kucintai, Mama, Papa dan yang tak pernah kulupakan…
Ini adalah catatanku yang terakhir…setelah ini biarlah semua hanya tercatat
dalam kenanganku…
(Ray diam sejenak…terasa dadanya sesak sekali, air mata sebagai lelaki
terasa terlalu gampang mengalir…baginya malahan terlalu susah untuk menahan air
mata).
Aku telah meminta mama dan papa untuk mengijinkanku tinggal di Sukabumi, di
rumah tante. Aku berharap dapat melepas semua beban disana dan aku berharap
ketenangan disana juga dapat membuat hatiku damai…
Ooohh Tuhan maafkanlah hambaMu yang hina ini, mungkin aku telah menyakitkan
kedua orang tuaku dan juga aku telah membuat hancur hati kak Ray…Maafkan Lisa
kak Ray..Semoga kak Ray mendapat seorang yang lebih pantas ,mendampingi Kak
Ray…
(hati Ray menjerit, “Tahukah kamu
Lisa sampai saat ini hanya kamu yang ada di hati saya !! Tak mungkin
tergantikan..sampai kapanpun…”). Ray melanjutkan lagi.
Kak Ray bila Tuhan telah memanggilku…Aku hanya ingin engkau tetap
mengenangku…ya mengenangku sebagai burung kecil yang dulu….Maafkan Lisa kak
Ray..Lisa telah begitu egois…
Jakarta, menjelang dini hari
Lisa
Ps.: Hasil terakhir menunjukkan penyakitku bertambah parah….Aku tak ingin
membuang-buang biaya lagi biar saja begini adanya. Aku pasrahkan semua padaMu
Tuhan.
“Tidaakkk !!!! .Akulah yang egois
…Akulah yang membuat kamu menderita…!! Huukk…huukk…”, Ray menjerit menangis
sedih sambil menatap foto mereka berdua
dan mendekap erat buku harian Lisa.
Bila mungkin langit akan runtuh…
Bumi akan tengelam…
Dan lautan menjadi kering..
Mohon Tuhan…
Biarkan aku tetap bersamanya…
Biarkan cinta kami bersatu dan
abadi…
***********=========**********
CINTA SEJATI TIDAK TERPISAHKAN
Hawa pedesaan yang cukup sejuk,
tenang dan juga tenteram, menciptakan suasana damai. Jauh dari kebisingan dan kekerasan kota, serta
penduduk yang ramah dan polos. Mungkin karena itu Lisa memilih untuk menetap
disana, dirumah tantenya.
Sore itu seperti sore-sore yang pernah Lisa lalui sebelumnya. Dia duduk di
bangku di halaman rumah, matanya menatap jauh ke gunung yang menjulang tinggi. Dia
merasa dirinya menyatu dengan alam sekitar…dengan nyanyian burung-burung dan
dengan desiran angin. Lupa sudah dengan segala masalah yang ada dalam dirinya.
Dia seakan sudah menyerahkan semua masalah dirinya pada Sang Khalik…seakan
dirinya lahir kembali dan dia merasa aman….
Sampai suatu ketika,
“Lisa !” sapaan lembut dengan nada bergetar. Lisa hafal benar suara itu…Dia
menengok kearah sumber suara itu.
“Kak Ray ? Ada apa kak Ray..?
Ray tidak menjawab, dia segera menghampiri Lisa dipeluk Lisa dalam-dalam
seakan tak ingin lepas lagi. Ray menangis kecil sambil tetap memeluk erat tubuh
Lisa. Lisa menyadari mungkin Ray sudah tahu keadaannya…dan dia sudah tak dapat
menahan haru..Lisa ikut larut dalam tangisan. Entah tangisan Lisa rasa bahagia
karena orang yang paling dicintai akhirnya datang juga kedalampelukan atau
mungkin tangis haru mengingat dia takkan lama lagi bersama orang yang
dicintainya, karena sakit yang di deritanya.
“Kak Ray…maafkan Lisa…” kata Lisa dengan lirih tetap dalam pelukan.
“Tidak Lisa, kak Ray lah yang harusnya minta maaf. Kak Ray telah menjadi
begitu egois…bagaimana mungkin kak Ray dapat membiarkan kamu dalam keadaan
seperti ini….Maafkan Kak Ray ya….” Kata Ray dengan perasaan benar-benar
bersalah. Dipegangnya kedua bahu Lisa, ditatapnya wajah Lisa dalam-dalam. Ray
menitikkan air mata , dia benar-benar merasa berdosa pada burung kecilnya itu.
Ditarik kembali Lisa kedalam pelukkannya. “Akhh….Tuhan mengapa aku begitu
bodoh..mengapa aku buta dengan perasaan cintaku sendiri hingga aku membuat dia
susah…”. Desah hati Ray.
Ya alam…inilah kebesaran cinta..
Inilah kesucian cinta…
Inilah keagungan cinta…
Biar badai melanda..
Bumi terbelah dua..
Cinta akan kembali..
Karena pada hakekatnya cinta adalah satu… …..
******=======********
BUAH CINTA
Selamat pagi Lisa…
“Disini di
tubuh pohon kamboja ini tertulis nama
kita, tertulis cinta kita. Yang terlebih… disini di dalam hati ini cintamu
takkan pernah hilang.Bunga kamboja boleh berguguran..Taman kenangan boleh
berubah..tapi kisah cinta kita takkan pernah mati. Lihat burung-burung kecil itu . Disana ..di atas pucuk-pucuk
pohon cemara..sedang menari-nari riang. Aku teringat akan kata-kata mu , yang
ingin menjadi burung…..terbang tinggi… bebas….. bercanda ria, romantis dan
mempunyai kekasih yang abadi …Sudah Lisa…Itu sudah menjadi kenyataan. Lisaku
sayang…burung kecilku.. …Terima kasih atas cinta dan waktu yang kau berikan
kepadaku…Terlebih pada buah cinta kita.
Yang merindukanmu…
Ray
Ray menutup buku hariannya, lalu dihampirinya buah cintanya yang sedang
bermain-main di taman. Di tatapnya Elisa anaknya..dengan haru dan penuh cinta.
Dan dalam hatinya berkata, “Lihatlah sayang buah hati kita..Dia lebih mirip
denganmu..lincah , riang dan jenaka”. Di angkatnya Elisa kedalam pelukkannya,
lalu mereka melangkah meninggalkan taman. Burung-burung kecil beterbangan
mengitari mereka, mengiringi langkah Ray dan Elisa.
“Cinta yang
disebut cinta menurutku adalah cinta yang ter-uji dalam segala hal, dan cinta
dapat melewati hal itu walau terkadang harus melalui jalan yang tidak mulus dan
berliku ! “
T a
m a t
Ganx lhosufan dini hari,
120901 leonarduspjosuhardi
******=======*******
Jumat, 25 Oktober 2013
CINTA YANG TERUJI episode 2 (Sad Story)
RINGKASAN CERITA LALU
Ray adalah seorang pemuda dewasa
yang aktif di organisasi kepemudaan di gereja. Dia bertemu dengan Lisa, gadis yang baru menginjak remaja pada acara Jambore.
Kemudian mereka menjalin hubungan walau
harus melalui segala macam masalah, beda usia, pergaulan dan cara
pandang. Sampai akhirnya mereka harus berpisah , orang tua Lisa
menyekolahkan Lisa ke luar negeri, Australia. Dan dua tahun kemudian Ray
mendapat tugas kantor ke pulau Batam. Setelah dua tahun di Batam Ray kembali
pulang ke Jakarta. Ia ingin bertemu Lisa yang baru saja pulang dari Australia.
“Saya mencintaimu . Dan tetap
mencintaimu!”
“Mengapa kak Ray masih mencintai saya ?”
“…apakah matahari memberi alasan untuk menyinari bumi ?….”
Masih kuingat .
Cita dan cinta yang kami buat
bersama,
Dalam taman bertaburan
bunga-bunga…
Serta burung-burung kecil yang
menjadi saksi,
Turut bernyanyi dan menari-nari…
Betapa indahnya…
Kubuka kembali semua kenangan yang ada,
Dan kurangkai menjadi satu dalam
rindu.
Rindu yang membawaku pulang…
Rindu yang memanggilku kembali…
Kembali pada si burung kecil…
Kembali pada belahan hatiku…
PULANG KE RUMAH DENGAN
SEJUTA RINDU
Perhatian ! Perhatian !
Untuk seluruh penumpang pesawat Garuda Indonesia Airways ! Pesawat
segera mendarat di Lapangan Udara Soekarno - Hatta, Cengkareng Jakarta. Harap penumpang
memakai sabuk pengaman sampai pesawat
mendarat di tempat tujuan ! Begitu yang kudengar suara Pramugari dari kabin depan pesawat yang kutumpangi.
Aku
pejamkan mata dan mulai membayangkan
wajah-wajah keluargaku, teman-temanku dan teman istimewaku, Lisa ! Aku sangat berharap Lisa datang untuk menjemputku. Ingin kulihat lagi wajahnya yang lugu, rambutnya yang panjang terurai dan
ketawanya yang benar -benar menjadi ciri khasnya. Apakah dia sudah
berubah setelah pulang dari Australia
? Bertambah dewasakah ? Makin cantikkah ? Dan apakah perasaannya terhadapku
tidak berubah ? Oooh Tuhan aku berharap semua baik-baik saja dan sesuai dengan
harapanku. Aku sudah sangat
merindukan mereka, khususnya dia…
Pesawat mendarat sudah. Kulangkahkan kakiku menuju pintu keluar sambil
membawa tas koper yang tidak begitu
banyak isinya. Dalam hati tetap kuberharap dan berdoa, semoga kudapati orang
yang kurindu.
“Haii Reiii !!!” Rei ! Kudengar suara memanggilku. Suara siapa ya
? Ha ! Aku masih kenal, dia si Hadi ! Teman karibku yang paling sohib.
“Hey Di ! Apa khabar lhoe ?” Kujabat tangannya dengan
erat. “ Sama siapa lhoe?” sambil kucari-kucari wajah yang lainnya.
“Tuuhh ! Sama anak-anak” Kata si Hadi
“Mana ? Siapa aja ?”
“Tuuhh…tuuhh mereka lagi jalan di ujung. Tadi gua lebih cepat dari mereka”.
Kulihat dari kejauhan tampak, Mamaku, ponakan, Erwin, Agus, Lily,…dan mana
ya..si Lisa ? Bisik hatiku galau…
“Ray..ray….kenapa Ray ???”, Hadi sedikit menggoyangkan badanku.
“Nnggg…tidak Di. Tidak ada apa-apa. Oh..ya bagaimana teater kita ? Masih
suka pentas nggak ?”
“Ray…kamu menyembunyikan perasanmu. Pasti karena Lisa nggak datang khan ?
Dia memang nggak bisa datang …Katanya
dia akan telpon kamu…”
“Oooh nggak apa-apa Di, trims ya
…nanti juga gua yang telepon dia”.
“Oom Raii….ooomm”, Panggil
ponakanku Dewi dengan manja dan langsung berhamburan kepelukkan.
“Ha..ha..ha..apa khabar Dewi ?”. Sambil kuangkat dan kugendong keponakan ku
itu.
“Sudah kelas berapa ya…kamu ?
“TK B Oomm”, jawabnya dengan nada
yang lucu.
“Sudah bisa baca blum ?”Tanya ku
lagi
“Cuudah dong oom. A..be..ce..”,
katanya
“ha..ha..ha…ha…” Kami yang mendengarkannya semua tertawa.
Tapi kutahu pasti hatiku resah…
Tak melihat burung kecilku.
Tak bertemu debaran jantungku…
DIMANA KAMU ?
“Hallo.? Halloo ….?”
“Ya hallo ? Siapa disana ?”
“Pagi tante ! Ini Ray !”
“Hei Ray ? Apa khabar ? Kapan pulang ? Kenapa tidak bilang-bilang ?”
(hati jadi sedih..kenapa Lisa tidak bilang orang tuanya dan apakah dia lupa
?)
“Baik tante. Tante gimana ? Gimana juga oom ? Ya maaf tante, Ray pulang
cepat-cepat , jadi tidak sempat kasih khabar, tante…”
“ Kamu cari Lisa khan ? Baru saja dia pergi’
“Pergi ? Pergi kemana tante pagi
–pagi begini ?”
“Tante nggak tahu Ray. Ada pesan nggak ? Nanti tante sampaikan “
“Tidak usah tante. Nanti biar Ray datang aja ke
rumah.
“Oh baik Ray datang saja.
“Tante ehngg….”
“Ada apa Ray ?”
“Nggak apa-apa tan..Oh ya terima kasih ya tan, sampai nanti da…”
“Dach..Ray…”. Kudengar bunyi
telpon ditutup di ujung sana.
“ Aakhh..kemana ya si Lisa ? Kenapa dia nggak telpon aku ?”
&&&&****&&&&&&&
REUNI TANPANYA
“Hey teman-teman kita sambut teman lama kita ini ! Dia yang hilang kini telah kembali !” Teriak
Hadi.
“Ray mana oleh-olehnya ?” Tanya Boby
sambil gurau.
“Ray elhoe makin tebal aja dong tuh kantong ! Ba..tam…pasti elhoe banyak
dolar…Traktir kita-kita ya ?” kata Rita.
“Ssstt udach…da…elhoe orang pada ribut aja…dia kan baru aja sampai kemarin,
mungkin dia masih cape tuuhh..”, sela Agus.
“Tapi Ray ngomong-ngomong gimana
cewek-cewek disana ? Ada
yang bening nggak ? Kenalin gua donk..” tambah si Agus.
Dan langsung di tanggapin
oleh teman-teman, “Huuu…hu………”.
“Ha..ha..ha…kalau sudah ngumpul ,masih saja seperti yang dulu …selalu
ramai, ribut dan penuh canda”’ Bisik hatiku.
“Jangan takut, sekarang kita ke Gajah Mada. Kita cari makanan disana,
pokoknya semua gua yang traktir “.
“Yihui….hua..hu..hu…..makan gratis !!! Semua menyambut ajakanku itu.
Tiba-tiba si Bram bertanya,” Ray gimana si “ehem” lu tuh ? Khoq dia
nggak diajak sich ? Lu takut lecet
ya…? Kalo gua lihat sih..dia itu tambah yahut aja setelah pulang dari
Australia”.
“Bram..!!” , bisik si Hadi perlahan sambil mencolek badan Bram dan memberi
kode kerlingan mata secara diam-diam.
Tapi aku melihat. “ Ada apa ya ? Kenapa semua temanku diam, pada saat
membicarakan Lisa ? Apa ada yang tidak beres ? “, Bisik hatiku.
“Ngg…nggak apa-apa. Dia lagi pergi sama orang tuanya.,” kataku
berbohong.
“Haaa..udach Ray…nggak usah dilayani yang penting kita makan ! Happy ! Tul nggak teman-teman ? kata si
Hadi sambil berdiri dan jalan, mengajak untuk segera pergi.
“Ayooo nunggu apalagi cepetan, mumpung si Ray lagi royal….”,Lanjut Hadi
dan yang lain menimpali.
&&&*****&&&
HE’S MY BEST FRIEND
“Ray maaf, elu percaya sama gua
khan ?”, kata Hadi dengan muka serius dan membuat aku tertawa.
“Ha..ha..ha.ha..ya..ya ..gua
percaya seratus kali seratus persen sama elo…Ada-ada aja lu…pake nanya-nanya
kayak gitu segala”
“Gua serius nich Ray ! Gua mau ngomong sama elu, tapi nanti lu marah lagi
!”
“Ada apa sich ? Di , lu tahu gua khan ? Bilang aja…”
“Ray elu tuh teman gua yang paling sohib. Kemana pergi kita selalu berdua, bahkan
sampai saat inipun kita sama-sama belum kawin…”
“Oooohhh jadi maksud luh soal kawin ? Ha…ha…ha…kita memang sohib Di ! Tapi
nasib kita beda ! Gua sudah punya bidadari dan elu ? Ha..ha….ha…masih aja
ngelamun mikirin naskah dan corat-coret dikertas !”
“Ray tunggu dulu…bukan itu maksud gua. Sungguh gua serius….”
“Sudahlah Di….langsung saja….”
“Gua harap luh jangan tersinggung. Gua mau ngomong soal si Lisa !”
“Lisa …? Ada apa dengan dia Di ?”
Sesaat Hadi diam, menghela nafas dan terlihat mukanya menjadi serius bahkan
terkesan khawatir.
“Ray gua harap ini salah. Gua merasa ada yang lain dengan Lisa “
“Sejak dia pulang dari Australia, dia jarang ngumpul lagi. Dan dia juga
jarang sekali bicara dengan kita-kita”
“Jadi yang elo maksud hanya itu Di ? Di.. dia sudah dewasa
sekarang. Dia sudah bisa memilih yang mana harus bicara dan yang mana harus
diam
“Tapi ada hal yang lain lagi Ray…”
“Di. Elu bicara jangan sepotong-potong gitu dong, khan gua bilang langsung
aja. Jangan buat gua bingung !”
“Ray elu tahu nggak ? Setiap kita menyinggung pembicaraan mengenai hubungan
elu sama dia, kelihatannya dia selalu menghindar. Dan malahan kalau gua boleh tebak, terkesan tidak enak”
&&&*****&&&
…sedikit ku tertegun dalam kesendirian
Gelap pekat membentang didepan
mata…
Burung-burung kecil terbanglah
kesana..
Khabarkan pada angin cerita ini…
Aku sedang jatuh cinta…
Pada gadis kecil yang memainkan gitar…
Ombak dilautan, perdu di belantara
Terkadang mampu bersatu dalam satu
lagu…
Begitu yang kuharapkan, dapat mempersempit jarak..
Sikapku dan sifat kekanakanmu…
DIA MENELPON SAYA
Ya lagu ini dan gitar selalu menemaniku beberapa hari ini setelah
kepulanganku dari Batam. Tepatnya setelah beberapa hari aku selalu gagal
menemui atau berbicara dengan Lisa. Macam-macam saja jawabannya. “Lisa tidak
ada dirumah”, begitu kata mamanya. Atau, “Lisa baru saja keluar !” Dan yang
lebih kesal lagi,”Lisa baru saja tidur, istirahat, tidak mau digganggu”. Ada apa
ini ? Kenapa tiba-tiba semua jadi seperti ini ? Aku benar-benar jadi tak habis pikir. “Ha…mengapa
semua ini terjadi ? Disaat aku sedang merasa indahnya cinta”
“Ray kenapa sich luh kaya orang yang
nggak tahu malu aja ? Sudah jelas si Lisa selalu menghindar terus”
“Sudah Ray cari aja yang lain. Setia amat sich luh sama dia. Dia aja nggak
setia sama luh !”
“Cari aja yang lain….masih banyak Ray….yang kaya dia ! Bahkan lebih oke
lagi. Luh pasti bisa dech !
Begitu kadang-kadang terlontar kata-kata dari teman-teman. Menyakitkan
memang. Walau aku tahu mereka itu sebenarnya membelaku dan menghiburku. Tapi
sungguh aku merasa belum siap menerima
kenyataan ini.
“Tok..tok..tok…”,begitu kudengar pintu kamarku diketuk.
“Siapa?”
“Ini mama.. Ray…”
Ada apa ma ?”
“Telpon Ray. Dari Lisa !”
“Lisa ?” Kaget hatiku. “Ya ma ! Ray angkat dari sini aja !”
Kuangkat gagang telpon. Sengaja kudiamkan dahulu…
“Hallo …? Kak Ray…? “, begitu kudengar suara Lisa dari sana.
Aku rindu sekali suara itu. Tapi kucoba untuk menahan semua itu dan kucoba
untuk tetap berdiam.
“Kak Ray…? Lisa tahu pasti kak Ray marah…”
“Maaf ya kak Ray…Kalau gitu Lisa tutup saja”
Segera kujawab telpon itu.
“Lisa !”
“Kak Ray ?”
Kami berdua sama-sama hening sejenak. Aku tidak tahu apa yang sedang
dipikirkan Lisa di ujung telpon sana. Tapi saat ini hatiku sedang bergejolak…rindu…sedih dan juga
emosi turut campur jadi satu.
“Ada apa Lisa ? Bukannya kamu tidak ingin bicara dengan saya lagi? Kataku
dengan sedikit emosi.
Kudengar suara isak tangis yang tertahan di ujung telepon sana. Menjadi
hening kembali.
“Kak Ray, Lisa ingin ketemu …Lisa ingin bicara…”
“Ya, kak Ray juga ingin bertemu.
Banyak yang ingin kak Ray tanyakan. Kapan kita ketemu?”
“Besok pagi saja kak…”
“Kak Ray ke rumah ?”
“Kita ketemu ditaman biasa saja kak”
“Di taman ? Baik kak Ray tunggu besok pagi di sana”
“Sampai besok kak Ray “
“Ya Lisa…”
dan “klik” bunyi telpon ditutup di ujung sana.
Sungguh sejujurnya tak ingin kuakhiri pembicaraan itu. Aku masih rindu
suaranya. Tapi biarlah…Mungkin penantianku serasa panjang untuk menunggu
pertemuanku besok.
@@@@&&&&@@@@
DI TAMAN KENANGAN
Dulu ditaman ini, pertama kali cinta bersemi. Mungkinkah ditaman ini juga
cinta akan berakhir ? Kupandangi kembali
sekeliling taman, masih seperti yang dulu. Pohon kamboja di sana, di
bangku kenangan itu dan burung-burung kecil masih tetap beterbangan, masih
seperti yang dulu. Tapi kenapa nasib cintaku tidak seperti yang dulu?
Kulangkahkan kakiku menuju bangku tua itu, hatiku terasa pilu bila semakin
dekat dengan bangku itu. Karena banyak kenangan yang tercipta disana.
Pagi ini, di taman ini masih terasa udara dingin yang menusuk badan.
Kusandarkan badan di bangku kayu yang biasa kami bertemu sambil kupandangi arah
ke sebelah timur taman, biasanya dia datang dari arah sana dengan lari kecil
sambil tersenyum., dan rambutnya yang panjang akan melayang-layang kebelakang
dan kesamping bahunya. Lantas dari jauh saja dia sudah berteriak memanggilku
“Kak Ray…!”, begitu teriaknya. Maka terlihat gigi putih bersih yang berderet
bagus sekali. Sungguh semuanya itu masih
kuingat dan tak mungkin bisa kulupakan dan memang tak ingin kulupakan. “Oh ya
!” masih ada satu hal lagi yang kuingat. Di badan kayu kamboja belakang bangku
ini ada tertulis “Lisa dan gambar sepasang hati
yang tertusuk anak panah kemudian namaku Ray”. Coba aku lihat, mungkin
masih ada disana. Ya, masih ada disana. Walau sudah tidak sejelas seperti
pertama dibuat. Entahlah saat itu apa yang terlintas di hati Lisa, hingga dia
membuat kenangan di pohon ini. Saat itu Lisa hanya berkata,”Ini tanda cinta
kita takkan pernah berakhir”. “Tapi kenapa sekarang ini berubah……”
“Kak Ray…”, Kudengar dengan jelas suara itu tepat dibelakangku. Kubalikan
badan dengan cepat.
“Lisa..??”, kataku sambil kupandangi tubuh seorang gadis yang ada
dihadapanku sekarang ini.
“Lisa ku ini ?, bisik hatiku. Tinggi badannya sudah menyamaiku, wajahnya
yang manis dan semakin menarik dengan sinar kedewasaannya. Dan..akh…rambutnya
yang hitam panjang tetap dijaganya dengan utuh.
“Kak Ray !, sekali lagi Lisa menegurku.
“Lisa..”, jawabku dengan tetap
mematung memandangnya.
“Maafkan Lisa kak Ray. Lisa telah membuat kak Ray bingung dan tak menentu”
“Ada apa Lisa ? Kenapa ? Kataku sambil mengajaknya duduk kebangku.
Tapi Lisa diam tak bergeming. Matanya lurus menatap tulisan yang ada di
kayu. Sejenak kulihat wajahnya menahan emosi yang mendalam.
“Kamu teringat itu Lis..? kataku.
“Ya….tapi semua sudah berlalu”, katamu perlahan. “Semua telah berlalu”,
Lisa mengulangi lagi sambil berusaha menghapus tulisan itu.
“Jangan Lis !, kucegah ia melakukan itu. “Kalaupun engkau sudah tidak ada,
tapi biarlah itu tetap ada disana. Biar kenangan itu tetap abadi”
“Dan kenapa Lisa ? Kenapa dengan semua ini?”
“Apakah kamu telah punya pria lain?” Tanyaku sambil mencoba menatap
matanya. Lisa tertunduk dan hanya melihat kebawah.
Sekarang aku dan Lisa telah duduk sama-sama dibangku tua itu. Biasanya dia
selalu menyandarkan kepalanya dibahuku dan aku membelai rambutnya yang panjang
hitam itu. Tapi kini tidak lagi.
“Kak Ray…Lisa sudah putuskan…”
“Pu..tuskan ? Apa yang sudah kamu putuskan lis ?”
“Hubungan kita telah berakhir….”
“Lisa !” aku terkejut sambil kupegang dagunya dan kutatap matanya. Aku
yakin sinar mata itu tidak berubah. Tapi mengapa ? (hatiku bertanya).
“Apa kamu sadar dengan apa kamu ucapkan?”
“Lisa yakin…inilah jalan yang terbaik buat kita Kak Ray….”
“Jalan terbaik ? Bagaimana perpisahan ini kamu sebut jalan terbaik !”
“Terus terang saja Lisa. Kamu sudah punya yang lain bukan ?, tanyaku
mendesak.
Tapi Lisa hanya diam membeku, tak ada sepata katapun yang keluar dari
bibirnya. Dan aku menyadarinya. Tak ada gunanya hubungan ini dilanjutkan, bila
isi dan tujuannya sudah kehilangan makna. Tak mungkin abadi bila semua itu
hanya keterpaksaan saja.
Maka kuputuskan untuk berkata.
“Lisa walau kamu tidak mau mengatakan alasannya kenapa. Saya tidak bisa
paksa kamu. Namun satu hal yang pasti dan dapat saya yakini”
“Saya mencintaimu dan tetap akan mencintaimu……”
Lisa menengadahkan wajahnya dan menatapku. Seolah banyak pertanyaan disana.
“Mengapa kak Ray masih mencintai saya , setelah semua ini terjadi ?
“Lisa ..apakah matahari memberi alasan untuk menyinari bumi ? Begitupula
cinta kak Ray…padamu. Satu-satunya alasan adalah , cinta “
“Cukup kak Ray, terserah kak Ray”, katamu agak keras dan membuatku sedikit terhentak.
“Yang penting Lisa sudah menyampaikan semuanya. Dan mulai saat ini Lisa
tidak ada hubungan lagi dengan Kak Ray”, lantas kamu berdiri dan hendak pergi.
Aku pegang tangannya untuk menahannya
pergi. Kamu menatapku sambil melepaskan peganganku.
“Kak Ray …ini sudah berakhir”, dan kamu pergi meninggalkan saya sendiri.
Kini aku tinggal sendiri duduk dibangku tua ini, seakan tak percaya dengan
baru saja terjadi. Apakah ini mimpi ? Kalau mimpi, pasti ini mimpi yang paling
buruk selama hidupku. Dan aku ingin segera bangun. Tapi kenyataannya ini adalah
nyata. Kenyataannya engkau memang pergi meninggalkanku. Kenyataannya aku
tinggal sendiri dibangku kayu tua ini.
Dulu ditaman ini , cinta pertama kali bersemi.
Dulu ditaman ini terucap janji-janji cinta abadi…
Dulu ditaman ini burung-burung kecil menjadi saksi kisah cinta penuh
romantik.
Kenapa harus berubah ?
Mengapa harus terjadi ?
Mengapa semua ikatan cinta yang selama terbina tak mampu menahannya ?
Apakah cintaku salah ?
Ataukah dia salah mencinta ?
Sesungguhnya taman tidak ada yang berubah,
Burung-burung kecil tetap bernyanyi riang…
Dan,
Bangku kayu tua ini tetap ada disini,
Kali ini kembali bunga kamboja berguguran….
Tapi kali ini untuk mengiringi perpisahanku dengannya…..
Sad story begin to
*****&&&&******
Jakarta, 22 Juli 2001
Langganan:
Postingan (Atom)