Senin, 28 Oktober 2013

CINTA YANG TERUJI bagian 3/Final ( Cinta Sejati)



Ringkasan cerita yang lalu:
Setelah kepulangan Ray dari Batam ke Jakarta, dia mendapati Lisa gadis impiannya, telah berubah sikap dan hatinya. Walau Ray merasa tak ada yang berubah dari sinar mata Lisa, tapi Ray merasa tidak ada gunanya menahan sebuah kata perpisahan yang diucapkan Lisa. Akhirnya Ray dan Lisa memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka.

Langit itu gelap dan mendung…
Seakan akan segera turun hujan…
Hati tak lagi bernyanyi merdu…
Ada luka membekas dihati..

Bila mungkin besok datang…
Aku tak ingin berjumpa matahari..
Cukup hari ini aku menangis..
Cukup sampai disini kugaris kepedihanku…


“Sudahlah kisah  cinta luh itu telah berakhir…..”
“Bagiku cinta adalah cinta. Dan itu takkan pernah berakhir….”
“Tapi itu mimpi ! Kamu harus bisa  melihat kenyataan..!”
“…sebab mata cinta jauh lebih banyak melihat yang tersembunyi…”



 Bagaimanapun tegarnya Ray, sekuatpun apapun jiwa Ray. Tapi dia tak bisa menahan peristiwa itu, dia tak kuasa menahan kesedihan dan kekecewaan hatinya. Hari-hari yang dia lalui seakan menghianatinya. Dalam hatinya selalu bertanya, “ Mengapa semua harus terjadi ? Dan mengapa terjadi  setelah sekian lama terjalin dan setelah semua perjuangan kulalui?”.

Sekarang pekerjaan dikantor atau aktivitasnya di organisasi gereja hanya menjadi pelarian, hanya sebagai tempat untuk bersembunyi dari hatinya yang terluka. Dalam hati Ray masih ada Lisa dan dia tidak dapat gampang melupakan semua itu.  Bagi Ray berpisah dengan Lisa sebenarnya adalah kehilangan separuh dari nyawanya. Tapi dia memang tidak dapat menahan Lisa, tidak tahu kenapa ?



MAMAKU TETAP MAMAKU
“Ray akhir-akhir ini mama lihat kamu khoq diam saja ?”
“Ray…mama ngerti kamu pasti merasa sangat sedih…Mama harap kamu bangkit lagi. Kembali seperti semula lagi”
Tapi Ray hanya memandang mamanya dengan bibir tersenyum kecil dan melanjutkan permainan  gitarnya.
“Mama serius lho..Ray…Mama ingin lihat kamu itu kembali ceriah, seperti Ray yang dulu”
Dengan tetap memetik gitar Ray kembali tersenyum kecil dan menatap wajah  mamanya. Hati kecil  Ray merasa tersentuh dan sedih, mamanya masih saja seperti yang dahulu. Begitu setia memperhatikannya, mengkhawatirkannya walau terkadang Ray juga merasa tidak perlu terlalu demikian, karena Ray sudah dewasa. Tapi mama ..ya mama…dilarang seperti apa juga kasihnya tetap mengalir.

Mama Ray hanya menggeleng kepala dan menyimpan cemas, dia memegang pundak Ray dengan sentuhan kasihnya kemudian berbalik dan meninggalkan Ray yang asyik dalam permainan gitarnya.
“Ma…”, panggil Ray
Mamanya yang sudah berjalan, diam, lalu  menengok ke arah Ray
“ya Ray ?”
  “Sungguh ma…Ray tidak kenapa-kenapa”, Kata Ray untuk meyakinkan mamanya.
=====***=====


SANG ORGANISATORIS
“Ray elu gila banget sich ?”
“Gila ? Apanya  yang gila Di ?”
“Iya Ray…luh gila tapi lhoe hebat dan berani !”, tambah Dewi.
“Ha..ha..ha..maksudnya ngomongan gua tadi di rapat ?”
“Ha..ha..ha..ha..”’ mereka tertawa bersama-sama.
 “Sebenarnya gua juga nggak mau kayak itu. Tapi gua nggak tahan, jadi ya gua tumpahin aja uneg-uneg gua”
“Memang harus gitu Ray, kalau tidak mereka pikir mentang-mentang mereka tua, lantas mereka selalu benar !” Kata Bobby.
“Sudah.. yang penting kita sudah kasih pelajaran buat mereka. Dan kita sudah sampaikan apa yang menjadi ganjalan kita. Kita lihat aja nantinya, bagaimana keputusan dari mereka”, kata Ray
“Ya, kita lihat saja . Apakah mereka mendengarkan aspirasi kita sebagai orang muda. Kalau tidak, gua usulin agar kita demo aja !”
“Ha..ha..ha..tampang luh memang tukang demo Di ! Tapi apa jadinya bila orang luar dengar ? Masak di lingkungan gereja aja ada pakai demo-demo segala ?”, kata  Dewi.
“Heii…mau makan nggak ?”, Agus berteriak.
“Mauuuu!!”, kompak mereka menyahut.


====****======
RAHASIA KITA BERDUA
Bagi Lisa ini memang keputusan yang terbaik yang harus dia lakukan. Hati Lisa bukannya tak pedih, tapi hancur. Tapi dia merasa rela melakukan semua itu, dia yakin  bahwa apa yang dia lakukan adalah jalan terbaik. Ya.., jalan terbaik buat dia dan Ray. 

Sudah jelas Lisa juga tak dapat melupakan Ray. Bagaimana mungkin melupakan ? Ray adalah cinta pertamanya dan juga satu-satunya yang ada di hatinya. Namun keadaan yang memaksa demikian.
“Lis..kenapa kamu tidak berterus terang pada Ray ?”, kata Shanty
“Saya tidak ingin melibatkan dia…”
“Bagaimana mungkin kamu tidak melibatkan dia ? Seharusnya dia adalah orang pertama setelah orang tuamu yang mengetahui keadaanmu”
Lisa tidak dapat menjawab pertanyaan Shanty. Dia juga sebenarnya ingin sekali mengatakan sejujurnya pada Ray. Tapi sungguh dia tidak kuasa, dia tidak ingin melihat seorang yang dia cintai menderita karena dia. Lisa hanya diam, matanya menerawang jauh dan mulai tampak bulir-bulir air mata mengalir disudut matanya. 

“Lisa maafkan saya…bukan maksud saya membuat sedih. Sungguh maafkan saya…”
“Tidak Shanty…tidak apa-apa. Kamu adalah sahabat saya, saya sungguh senang mempunyai sahabat seperti kamu. Apa jadinya bila saya tidak mempunyai sahabat seperti kamu”
“Hanya kamu yang tahu masalah saya selain kedua orang tua saya, karena saya benar-benar sangat percaya sama kamu”
“Lisa..kamu dan saya adalah teman sejak kecil. Banyak masalah yang telah kita lalui bersama dan tidak ada rahasia diantara kita. Bahkan saya rasakan hubungan kita melebihi rasa persaudaraan”
 “Saya tidak memaksa kamu untuk mengatakan semua itu kepada Ray. Hanya saja saya berharap semoga ini benar-benar yang terbaik buat kamu”
“Terima kasih Shan… , walaupun saya tidak tahu pasti apakah ini yang terbaik,” terdengar suara agak sembab menahan sedih.

Shanty jelas tahu benar sifat dan karakter sahabatnya itu. Lisa adalah gadis yang baik, dia rela berkorban untuk orang yang dia cintai. Dan ini sebenarnya yang membuat Shanty tidak setuju. Kenapa tidak ? Bukan mereka sudah saling mencintai ? Saling menyayangi ? Dan juga harusnya saling pengertian ! Menurut Shanty harusnya Lisa bicara secara terbuka pada Ray, karena Ray sudah seharusnya tahu. Shanty rasa memang tidak adil bila Lisa mengambil resiko sendiri tanpa mengajak Ray. Harusnya Ray juga diberi kesempatan untuk mengalami itu bersama, walaupun keputusan akhir di tangan Ray. Atau mungkin Lisa takut menghadapi kemungkinan terburuk !


*****=====*****
SUDAH BERLALU, TAPI TETAP ADA
Hampir setahun sudah Ray dan Lisa berpisah atau tepatnya sebelas bulan lewat sepuluh hari. Ray memang berusaha melupakan Lisa dengan kembali aktif di berbagai kegiatan di organisasi kaum muda gereja. Dan terkadang teman-temanya mencoba mengenalkannya pada seorang wanita agar Ray benar-benar melupakan masa lalunya.

Lisa terakhir kali terdengar pindah kerumah saudara orang tuanya, di Sukabumi. Dan sejak kepindahan Lisa,  Ray  kehilangan kontak dan informasi mengenai Lisa. Memang hanya sedikit yang tahu informasi mengenai Lisa, orang tuanya dan ..sahabatnya Shanty.

“Ray gua ada barang bagus nich..”, kata Hadi dengan nada humor tapi terlihat mukanya serius.
“Barang ..? Barang apaan Di ?” jawab Ray dengan muka penuh  tanda tanya.
“Wuaa…laaah…luh ! Belagak bego apa sudah bego beneran sich luh Ray ?”
“Itu si Mimi..cewek baru itu. Dia itu cantik lho Ray, kalau gua lihat banyak orang naksir sama dia. Tapi kelihatannya dia itu …….”
“Aaakkkhh udahlah Di… jangan ngaco da…”, Ray memotong perkataan hadi.
“Gua tahu dia cantik , menarik Di..tapi nanti dulu da…rasanya gua masih belum bisa”
“Belum bisa ? Belum bisa apanya Ray ? Maksud luh belum bisa lupain si Lisa ?”
Ray tidak menjawab, bahkan seakan dia tidak mendengarkan komentar teman karibnya itu. Dia hanya mencorat-coret sesuatu di buku agendanya, entah pikirannya sedang kemana.
“Ray !”, panggil Hadi, membuat Ray kembali ke alam nyata. Tapi tetap saja Ray diam.
“Ray lupakan saja dia…kisah cinta luh sudah berakhir….”

Ray menatap Hadi dan kemudian menatap langit yang membentang luas, sambil berkata.
“Bagi gua cinta adalah cinta. Dan itu takkan pernah berakhir”
“Tapi itu mimpi ! Luh  harus bisa  melihat kenyataan..!”
“Sekarang sudah hampir setahun eluh dan dia berpisah, bahkan eluh sendiri tidak tahu bagaimana khabarnya dia”, Hadi mencoba mengingatkan situasi sebenarnya pada Ray.
“Dan lagi mungkin saja sekarang si Lisa sedang asyik pacaran dengan pria lain”, tambah Hadi.
Di..gua nggak bisa salahin luh, sebab eluh memang tidak bisa merasakan langsung hubungan gua dengan Lisa. Tapi gua sangat yakin dengan perasaan gua, sebab mata cinta jauh lebih banyak melihat yang tersembunyi…”, jawab Ray sambil memeluk punggung sahabatnya itu.
“Terima kasih Di. Sudahlah kita nggak usah ngomongin soal itu lagi, OK ?”, kata Ray sambil mengencangkan pelukannya.


*****======*****
KAMU HARUS TAHU RAY
Seperti biasanya anak-anak kaum mudika paroki nongkrong di bawah pohon yang berada di halaman gereja. Sejarahnya memang demikian dari generasi ke generasi, bahwa nongkrong di pohon itu kayaknya semacam suatu kewajiban bagi kaum muda-mudi. Banyak sudah banyak ide gemilang yang tercipta di bawah pohon itu, walau memang ada juga tingkah-tingkah yang iseng. Tapi itulah kaum muda yang energik, kreatif tapi terkadang sedikit sontoloyo. Ray bersama dengan teman-temannya sedang nongkrong di sana, mereka ramai membicarakan tingkah laku orang tua pengurus paroki bahkan ada juga kritik buat pastor paroki.

“Gus ! Luh tahu nggak ?”, kata si Dewi
“Enggak…?”, jawab si Agus sambil bercanda.
“Yeee…, maksud gua soal gossip pembongkaran tempat ngumpul kita-kita ini..nich..” kata Dewi sambil menunjuk tempat dia duduk.
“Ooohh yang itu ? Iya tuh gua nggak tahu ?”,
“Masa luh nggak tahu ?”, kaata Dewi dengan nada sedikit tidak percaya.
“Eh Dew ..! Luh dapat bocoran darimana tuh ?”, kata si Hadi dengan antusias.
“Rahasia dech…Tapi gua jamin seratus persen dapat dipercaya ngomongannya.
“Katanya, orang tua itu mau bongkar tempat ini karena tempat ini tempat ngumpul orang-orang brengsek. Dan menurut orang tua itu juga, tempat ini di pakai untuk buat rencana-rencana yang tidak baik untuk gereja “, Dewi menceritakan.
“Gila kali ya ! Dia pikir mentang-mentang tua dia itu selalu benar !”, Teriak Hadi dengan emosi.
“Dan kita yang muda ini dia pikir gampang dikibulin..!”, tambahnya.
 “Psstt Di…sudah tenang…ini gereja. Jangan begitu. Kita pikirin saja jalan yang terbaik, buat hadapi si tua
itu. Dan gua yakin kita nggak salah, dia hanya sentimen saja sama kita-kita”, jelas Ray.
Sementara semua sibuk bicara dan berpendapat dengan gossip pembongkaran itu, di ujung jalan gereja Shanty berdiri menatap kearah kerumunan anak-anak muda itu.
“Ray…sstt Shanty tuh !”, kata Hadi sambil berbisik dan menyenggol Ray.
Ray menengok ke arah Shanty dan Shanty melambaikan tangannya meminta Ray menghampirinya.
“Mau apa  ya dia Ray ?”, Tanya Hadi sedikit penasaran. Hadi dan Ray sudah tahu bahwa Shanty adalah sahabat karibnya Lisa. Dan selama ini memang hanya Shanty saja yang selalu bersama-sama dengan Lisa sampai Lisa pindah ke Sukabumi.
“Nggak tahu..? Sebentar, ya ..”, kata Ray kepada Hadi dan juga kepada teman-temannya sambil berjalan ke arah Shanty.
“Heeii Shan..ada apa ?”
“Heei Ray..ada perlu sedikit.. Mengenai Lisa ”
“Lisa ? Ya kenapa dengan Lisa”, Jawab Ray dengan sedikit enggan.
“Lisa sakit !”
“Sakit ? Lantas ada apa dengan saya ?”
“Ray…Lisa tidak pernah melupakanmu. Dia tetap mencintaimu….”
“Tak pernah melupakan ? Tetap mencintaiku ?”
“Lalu kenapa dia meninggalkan saya ?”
“Ray..kamu tidak tahu..”
“Baca ini dan semoga kamu tidak terlambat”, Shanty memberikan buku kepada Ray.

====*****=====

BUKU HARIAN PENUH CINTA
“Akhh..ini buku harian Lisa. Kenapa Shanty memberikannya kepada saya ?”, bisik hati Ray. Dengan hati yang gelisah dan pikiran yang kalut Ray mulai membuka buku harian itu, dan membacanya….

Melbourne, 13 Nop 1990
Pk.16.00 sore
Aku baru saja tiba di Mellbourne. Udara disini dingin..uughh, untung aku dibelikan mantel oleh mama.
Bagaimana yaahh keadaan kamu ? Aahh baru sehari saja sudah rindu.

Sudah dulu ya, mau beres-beres…



Ps: oh ya teman-teman disini baik dan ramah.
Melbourne, 16 januari 1992
Tengah malam,

Sedang apa ya kamu ? Saya disini tidak bisa tidur.

Lisa.

23 maret 1992
 Hari ini saya capek banget. Testnya susah banget tapi untung saya bisa.
Hari ini juga saya ke dokter, karena sepulang kuliah kepala saya sakit.
Saya dapat surat dari kak Ray, katanya ia ke Batam di kirim oleh kantornya. Semoga kamu sukses ya….rasanya saya kangen dach….

Lisa

Membaca buku harian Lisa, Ray merasa melihat isi hati Lisa yang terdalam. Ray mulai menahan haru, sedih dan entah rasa apa lagi yang berbaur menjadi satu. Disadari bahwa Lisa begitu sangat merindukannya, itu bisa Ray lihat dalam catatan-catatan harian selama Lisa di Australia. Ray membuka lagi lembar-lembar demi lembar.

Melbourne, 18 Desember 1992
Untuk Mama, papa dan orang yang sangat kucintai disana.
Hari ini di kota tempat saya tinggal cuacanya sedang dingin, dan saya sedang liburan kuliah.
Saya harap berita ini tidak membuat mama, papa dan orang yang kucintai bersedih. Hasil dari laboratorium telah saya terima, saya positip tumor otak. Oh Tuhan mengapa ini harus terjadi ? Apa saya telah berbuat dosa ? Saya takut dan saya sangat sedih sekali. Saya membayangkan orang-orang yang saya cintai….
Saya bingung apa saya harus bilang sama papa, mama dan kak Ray ? Tuhan tolong Bantu saya….

Lisa,
PS : Saya tidak bisa tidur.
Saya ingin pulang, saya ingin Natalan bersama papa, mama dan kak Ray ku, entah berapa lama lagi
sisa waktuku.


Ray tidak bisa menahan air mata, kali ini dia benar-benar tak sadar apa yang tengah terjadi. Dipandanginya foto mereka berdua yang ada di meja kamar. Hati Ray semakin sedih saja….baru kini dia sadari..memang tak ada yang berubah dari burung kecilnya  itu. Rupanya maksud kata perpisahan Lisa hanya ingin melindungi dirinya untuk tidak turut sedih dan menderita.
“Lisa…!!!!!!” Ray berteriak dengan menahan emosi yang mendalam sambil memeluk erat foto mereka. Betapa rasa bersalahnya dia terhadap Lisa. Mengapa disaat-saat Lisa membutuhkannya, dia tidak berada disampingnya, menguatkannya…dan menghiburnya…. 
Ray tak dapat membayangkan bagaimana gadis manis yang lucu, lincah itu menjadi penyendiri dan diam. Dia juga membayangkan bagaimana perasaan Lisa waktu mengatakan perpisahaan dengannya dan juga saat-saat sendiri tanpanya. Semakin membayangkan semua tentang Lisa, Ray terasa semakin tenggelam dalam rasa bersalahnya…Sekali lagi dia membaca catatan Lisa yang terakhir .



Jakarta, 23 Nopember 1996

Untuk semua orang yang kucintai, Mama, Papa dan yang tak pernah kulupakan…
Ini adalah catatanku yang terakhir…setelah ini biarlah semua hanya tercatat dalam kenanganku…
(Ray diam sejenak…terasa dadanya sesak sekali, air mata sebagai lelaki terasa terlalu gampang mengalir…baginya malahan terlalu susah untuk menahan air mata).
Aku telah meminta mama dan papa untuk mengijinkanku tinggal di Sukabumi, di rumah tante. Aku berharap dapat melepas semua beban disana dan aku berharap ketenangan disana juga dapat membuat hatiku damai…
Ooohh Tuhan maafkanlah hambaMu yang hina ini, mungkin aku telah menyakitkan kedua orang tuaku dan juga aku telah membuat hancur hati kak Ray…Maafkan Lisa kak Ray..Semoga kak Ray mendapat seorang yang lebih pantas ,mendampingi Kak Ray…

(hati Ray menjerit, “Tahukah kamu  Lisa sampai saat ini hanya kamu yang ada di hati saya !! Tak mungkin tergantikan..sampai kapanpun…”). Ray melanjutkan lagi.

Kak Ray bila Tuhan telah memanggilku…Aku hanya ingin engkau tetap mengenangku…ya mengenangku sebagai burung kecil yang dulu….Maafkan Lisa kak Ray..Lisa telah begitu egois…

Jakarta, menjelang dini hari
Lisa
Ps.: Hasil terakhir menunjukkan penyakitku bertambah parah….Aku tak ingin membuang-buang biaya lagi biar saja begini adanya. Aku pasrahkan semua padaMu Tuhan.


“Tidaakkk !!!!  .Akulah yang egois …Akulah yang membuat kamu menderita…!! Huukk…huukk…”, Ray menjerit menangis sedih sambil menatap foto  mereka berdua dan  mendekap erat buku harian Lisa.

Bila mungkin langit akan runtuh…
Bumi akan tengelam…
Dan lautan menjadi kering..
Mohon  Tuhan…
Biarkan aku tetap bersamanya…
Biarkan cinta kami bersatu dan abadi…
***********=========**********


CINTA SEJATI TIDAK TERPISAHKAN
Hawa pedesaan yang cukup sejuk, tenang dan juga tenteram, menciptakan suasana damai. Jauh dari kebisingan dan kekerasan kota, serta penduduk yang ramah dan polos. Mungkin karena itu Lisa memilih untuk menetap disana, dirumah tantenya.
Sore itu seperti sore-sore yang pernah Lisa lalui sebelumnya. Dia duduk di bangku di halaman rumah, matanya menatap jauh ke gunung yang menjulang tinggi. Dia merasa dirinya menyatu dengan alam sekitar…dengan nyanyian burung-burung dan dengan desiran angin. Lupa sudah dengan segala masalah yang ada dalam dirinya. Dia seakan sudah menyerahkan semua masalah dirinya pada Sang Khalik…seakan dirinya lahir kembali dan dia merasa aman….
Sampai suatu ketika,
“Lisa !” sapaan lembut dengan nada bergetar. Lisa hafal benar suara itu…Dia menengok kearah sumber suara itu.
“Kak Ray ? Ada apa kak Ray..?
Ray tidak menjawab, dia segera menghampiri Lisa dipeluk Lisa dalam-dalam seakan tak ingin lepas lagi. Ray menangis kecil sambil tetap memeluk erat tubuh Lisa. Lisa menyadari mungkin Ray sudah tahu keadaannya…dan dia sudah tak dapat menahan haru..Lisa ikut larut dalam tangisan. Entah tangisan Lisa rasa bahagia karena orang yang paling dicintai akhirnya datang juga kedalampelukan atau mungkin tangis haru mengingat dia takkan lama lagi bersama orang yang dicintainya, karena sakit yang di deritanya.
“Kak Ray…maafkan Lisa…” kata Lisa dengan lirih tetap dalam pelukan.
“Tidak Lisa, kak Ray lah yang harusnya minta maaf. Kak Ray telah menjadi begitu egois…bagaimana mungkin kak Ray dapat membiarkan kamu dalam keadaan seperti ini….Maafkan Kak Ray ya….” Kata Ray dengan perasaan benar-benar bersalah. Dipegangnya kedua bahu Lisa, ditatapnya wajah Lisa dalam-dalam. Ray menitikkan air mata , dia benar-benar merasa berdosa pada burung kecilnya itu. Ditarik kembali Lisa kedalam pelukkannya. “Akhh….Tuhan mengapa aku begitu bodoh..mengapa aku buta dengan perasaan cintaku sendiri hingga aku membuat dia susah…”. Desah hati Ray.

Ya alam…inilah kebesaran cinta..
Inilah kesucian cinta…
Inilah keagungan cinta…
Biar badai melanda..
Bumi terbelah dua..
Cinta akan kembali..
Karena pada hakekatnya cinta adalah satu… …..



******=======********
BUAH CINTA
Selamat pagi Lisa…
“Disini di tubuh  pohon kamboja ini tertulis nama kita, tertulis cinta kita. Yang terlebih… disini di dalam hati ini cintamu takkan pernah hilang.Bunga kamboja boleh berguguran..Taman kenangan boleh berubah..tapi kisah cinta kita takkan pernah mati. Lihat burung-burung  kecil itu . Disana ..di atas pucuk-pucuk pohon cemara..sedang menari-nari riang. Aku teringat akan kata-kata mu , yang ingin menjadi burung…..terbang tinggi… bebas….. bercanda ria, romantis dan mempunyai kekasih yang abadi …Sudah Lisa…Itu sudah menjadi kenyataan. Lisaku sayang…burung kecilku.. …Terima kasih atas cinta dan waktu yang kau berikan kepadaku…Terlebih pada buah cinta kita.
Yang merindukanmu…
Ray

Ray menutup buku hariannya, lalu dihampirinya buah cintanya yang sedang bermain-main di taman. Di tatapnya Elisa anaknya..dengan haru dan penuh cinta. Dan dalam hatinya berkata, “Lihatlah sayang buah hati kita..Dia lebih mirip denganmu..lincah , riang dan jenaka”. Di angkatnya Elisa kedalam pelukkannya, lalu mereka melangkah meninggalkan taman. Burung-burung kecil beterbangan mengitari mereka, mengiringi langkah Ray dan Elisa.


“Cinta yang disebut cinta menurutku adalah cinta yang ter-uji dalam segala hal, dan cinta dapat melewati hal itu walau terkadang harus melalui jalan yang tidak mulus dan berliku !


T   a   m   a   t
Ganx lhosufan dini hari,
120901 leonarduspjosuhardi
******=======*******

Jumat, 25 Oktober 2013

CINTA YANG TERUJI episode 2 (Sad Story)




RINGKASAN CERITA LALU

Ray adalah seorang pemuda dewasa yang aktif di organisasi kepemudaan di gereja. Dia bertemu dengan Lisa, gadis  yang baru menginjak remaja pada acara Jambore. Kemudian mereka menjalin hubungan walau  harus melalui segala macam masalah, beda usia, pergaulan dan cara pandang. Sampai akhirnya  mereka harus berpisah , orang tua Lisa menyekolahkan Lisa ke luar negeri, Australia. Dan dua tahun kemudian Ray mendapat tugas kantor ke pulau Batam. Setelah dua tahun di Batam Ray kembali pulang ke Jakarta. Ia ingin bertemu Lisa yang baru saja pulang dari Australia.

“Saya  mencintaimu . Dan tetap mencintaimu!”
“Mengapa kak Ray masih mencintai saya ?”
“…apakah matahari memberi alasan untuk menyinari bumi ?….”

Masih kuingat .
Cita dan cinta yang kami buat bersama,
Dalam taman bertaburan bunga-bunga…
Serta burung-burung kecil yang menjadi saksi,
Turut bernyanyi dan menari-nari…
Betapa indahnya…
Kubuka kembali semua kenangan yang ada,
Dan kurangkai menjadi  satu dalam rindu.
Rindu yang membawaku pulang…
Rindu yang memanggilku kembali…
Kembali pada si burung kecil…
Kembali pada belahan hatiku…

PULANG KE RUMAH DENGAN SEJUTA RINDU


Perhatian ! Perhatian ! Untuk seluruh penumpang pesawat Garuda Indonesia Airways !  Pesawat segera mendarat di Lapangan Udara Soekarno - Hatta, Cengkareng Jakarta. Harap penumpang memakai sabuk pengaman sampai pesawat  mendarat di tempat tujuan ! Begitu yang kudengar suara Pramugari  dari kabin depan pesawat yang kutumpangi. 

Aku pejamkan mata dan  mulai membayangkan wajah-wajah keluargaku, teman-temanku dan teman istimewaku, Lisa ! Aku sangat berharap Lisa datang untuk menjemputku. Ingin kulihat lagi wajahnya yang lugu, rambutnya yang panjang terurai dan ketawanya yang benar -benar menjadi ciri khasnya. Apakah dia sudah berubah setelah pulang dari Australia ? Bertambah dewasakah ? Makin cantikkah ? Dan apakah perasaannya terhadapku tidak berubah ? Oooh Tuhan aku berharap semua baik-baik saja dan sesuai dengan harapanku. Aku sudah sangat merindukan mereka, khususnya dia…

Pesawat mendarat sudah. Kulangkahkan kakiku menuju pintu keluar sambil membawa tas  koper yang tidak begitu banyak isinya. Dalam hati tetap kuberharap dan berdoa, semoga kudapati orang yang kurindu. 
“Haii Reiii !!!” Rei ! Kudengar suara memanggilku. Suara siapa ya ? Ha ! Aku masih kenal, dia si Hadi ! Teman karibku yang paling sohib.
“Hey Di  ! Apa khabar lhoe ?” Kujabat tangannya dengan erat. “ Sama siapa lhoe?” sambil kucari-kucari wajah yang lainnya.
“Tuuhh ! Sama anak-anak” Kata si Hadi
“Mana ? Siapa aja ?”
“Tuuhh…tuuhh mereka lagi jalan di ujung. Tadi gua lebih cepat dari mereka”.
Kulihat dari kejauhan tampak, Mamaku, ponakan, Erwin, Agus, Lily,…dan mana ya..si Lisa ? Bisik hatiku galau…
“Ray..ray….kenapa Ray ???”, Hadi sedikit menggoyangkan badanku.
“Nnggg…tidak Di. Tidak ada apa-apa. Oh..ya bagaimana teater kita ? Masih suka pentas nggak ?”
“Ray…kamu menyembunyikan perasanmu. Pasti karena Lisa nggak datang khan ? Dia memang nggak bisa datang …Katanya  dia akan telpon kamu…”
“Oooh nggak apa-apa Di, trims ya …nanti juga gua yang telepon dia”.
“Oom Raii….ooomm”, Panggil ponakanku Dewi dengan manja dan langsung berhamburan kepelukkan.
“Ha..ha..ha..apa khabar Dewi ?”. Sambil kuangkat dan kugendong keponakan ku itu.
“Sudah kelas berapa ya…kamu ?
“TK B Oomm”, jawabnya dengan nada yang lucu.
“Sudah bisa baca blum ?”Tanya ku lagi
“Cuudah dong oom. A..be..ce..”, katanya
“ha..ha..ha…ha…” Kami yang mendengarkannya semua tertawa.
Tapi kutahu pasti hatiku resah…
Tak melihat burung kecilku.
Tak bertemu debaran jantungku…




DIMANA KAMU ?
“Hallo.? Halloo ….?”
“Ya hallo ? Siapa disana ?”
“Pagi tante ! Ini Ray !”
“Hei  Ray ? Apa khabar ? Kapan pulang ? Kenapa tidak bilang-bilang ?”
(hati jadi sedih..kenapa Lisa tidak bilang orang tuanya dan apakah dia lupa ?)
“Baik tante. Tante gimana ? Gimana juga oom ? Ya maaf tante, Ray pulang cepat-cepat , jadi tidak sempat kasih khabar, tante…”
“ Kamu cari Lisa khan ? Baru saja dia pergi’
“Pergi ? Pergi kemana tante  pagi –pagi begini ?”
“Tante nggak tahu Ray. Ada pesan nggak ? Nanti tante  sampaikan “
“Tidak  usah tante. Nanti biar Ray datang aja ke rumah.
“Oh baik  Ray datang saja.
“Tante ehngg….”
“Ada apa Ray ?”
“Nggak apa-apa tan..Oh ya terima kasih ya tan, sampai nanti da…”
“Dach..Ray…”. Kudengar bunyi telpon ditutup di ujung sana.
“ Aakhh..kemana ya si Lisa ? Kenapa dia nggak telpon aku ?”

&&&&****&&&&&&&


REUNI TANPANYA
“Hey teman-teman kita sambut teman lama kita ini !   Dia yang hilang kini telah kembali !” Teriak Hadi.
“Ray mana oleh-olehnya ?”  Tanya Boby sambil gurau.
“Ray elhoe makin tebal aja dong tuh kantong ! Ba..tam…pasti elhoe banyak dolar…Traktir kita-kita ya ?” kata Rita.
“Ssstt udach…da…elhoe orang pada ribut aja…dia kan baru aja sampai kemarin, mungkin dia masih cape tuuhh..”, sela Agus.
“Tapi Ray ngomong-ngomong gimana cewek-cewek disana ? Ada yang bening  nggak ? Kenalin gua donk..” tambah si Agus. 
Dan langsung di tanggapin oleh teman-teman, “Huuu…hu………”.
“Ha..ha..ha…kalau sudah ngumpul ,masih saja seperti yang dulu …selalu ramai, ribut dan penuh canda”’ Bisik hatiku.
“Jangan takut, sekarang kita ke Gajah Mada. Kita cari makanan disana, pokoknya semua gua yang traktir “.
“Yihui….hua..hu..hu…..makan gratis !!! Semua menyambut ajakanku itu.
Tiba-tiba si Bram bertanya,” Ray gimana si “ehem” lu tuh ? Khoq dia nggak diajak sich ? Lu takut lecet ya…? Kalo gua lihat sih..dia itu tambah yahut aja setelah pulang dari Australia”.
“Bram..!!” , bisik si Hadi perlahan sambil mencolek badan Bram dan memberi kode kerlingan mata secara diam-diam.
Tapi aku melihat. “ Ada apa ya ? Kenapa semua temanku diam, pada saat membicarakan Lisa ? Apa ada yang tidak beres ? “, Bisik hatiku.
“Ngg…nggak apa-apa. Dia lagi pergi sama orang tuanya.,” kataku berbohong.
“Haaa..udach Ray…nggak usah  dilayani yang penting kita makan ! Happy ! Tul nggak teman-teman ? kata si Hadi sambil berdiri dan jalan, mengajak untuk segera pergi.
“Ayooo nunggu apalagi cepetan, mumpung si Ray lagi royal….”,Lanjut Hadi dan  yang lain menimpali.

&&&*****&&&

HE’S MY BEST FRIEND
“Ray maaf, elu percaya sama gua khan ?”, kata Hadi dengan muka serius dan membuat aku tertawa.
“Ha..ha..ha.ha..ya..ya ..gua percaya seratus kali seratus persen sama elo…Ada-ada aja lu…pake nanya-nanya kayak gitu segala”
“Gua serius nich Ray ! Gua mau ngomong sama elu, tapi nanti lu marah lagi !”
“Ada apa sich ? Di , lu tahu gua khan ? Bilang aja…”
“Ray  elu tuh teman gua yang paling sohib. Kemana pergi kita selalu berdua, bahkan sampai saat inipun kita sama-sama belum kawin…”
“Oooohhh jadi maksud luh soal kawin ? Ha…ha…ha…kita memang sohib Di ! Tapi nasib kita beda ! Gua sudah punya bidadari dan elu ? Ha..ha….ha…masih aja ngelamun mikirin naskah dan corat-coret dikertas !”
“Ray tunggu dulu…bukan itu maksud gua. Sungguh gua serius….”
“Sudahlah Di….langsung saja….”
“Gua harap luh jangan tersinggung. Gua mau ngomong soal si Lisa !”
“Lisa …? Ada apa dengan dia Di ?”
Sesaat Hadi diam, menghela nafas dan terlihat mukanya menjadi serius bahkan terkesan khawatir.
“Ray gua harap ini salah. Gua merasa ada yang lain dengan Lisa “
“Sejak dia pulang dari Australia, dia jarang ngumpul lagi. Dan dia juga jarang sekali bicara dengan  kita-kita”
“Jadi  yang elo  maksud hanya itu Di ? Di.. dia sudah dewasa sekarang. Dia sudah bisa memilih yang mana harus bicara dan yang mana harus diam
“Tapi ada hal yang lain lagi Ray…”
“Di. Elu bicara jangan sepotong-potong gitu dong, khan gua bilang langsung aja. Jangan buat gua bingung !”
“Ray elu tahu nggak ? Setiap kita menyinggung pembicaraan mengenai hubungan elu sama dia, kelihatannya dia selalu menghindar. Dan malahan  kalau gua boleh tebak, terkesan tidak enak”


&&&*****&&&




…sedikit ku tertegun dalam kesendirian
Gelap pekat membentang didepan mata…
Burung-burung kecil terbanglah kesana..
Khabarkan pada angin cerita ini…
Aku sedang jatuh cinta…
Pada gadis kecil yang memainkan gitar…

Ombak dilautan, perdu di belantara
Terkadang  mampu bersatu dalam satu lagu…
Begitu yang kuharapkan, dapat mempersempit jarak..
Sikapku dan sifat kekanakanmu…

DIA MENELPON SAYA
Ya lagu ini dan gitar selalu menemaniku beberapa hari ini setelah kepulanganku dari Batam. Tepatnya setelah beberapa hari aku selalu gagal menemui atau berbicara dengan Lisa. Macam-macam saja jawabannya. “Lisa tidak ada dirumah”, begitu kata mamanya. Atau, “Lisa baru saja keluar !” Dan yang lebih kesal lagi,”Lisa baru saja tidur, istirahat, tidak mau digganggu”. Ada apa ini ? Kenapa tiba-tiba semua jadi seperti ini ? Aku  benar-benar jadi tak habis pikir. “Ha…mengapa semua ini terjadi ? Disaat aku sedang merasa indahnya cinta”

“Ray kenapa sich  luh kaya orang yang nggak tahu malu aja ? Sudah jelas si Lisa selalu menghindar terus”
“Sudah Ray cari aja yang lain. Setia amat sich luh sama dia. Dia aja nggak setia sama luh !”
“Cari aja yang lain….masih banyak Ray….yang kaya dia ! Bahkan lebih oke lagi. Luh pasti bisa dech !
Begitu kadang-kadang terlontar kata-kata dari teman-teman. Menyakitkan memang. Walau aku tahu mereka itu sebenarnya membelaku dan menghiburku. Tapi sungguh aku  merasa belum siap menerima kenyataan ini.
“Tok..tok..tok…”,begitu kudengar pintu kamarku diketuk.
“Siapa?”
“Ini mama.. Ray…”
Ada apa ma ?”
“Telpon Ray. Dari Lisa !”
“Lisa ?” Kaget hatiku. “Ya ma ! Ray angkat dari sini aja !”
Kuangkat gagang telpon. Sengaja kudiamkan dahulu…
“Hallo …? Kak Ray…? “, begitu kudengar suara Lisa dari sana.


Aku rindu sekali suara itu. Tapi kucoba untuk menahan semua itu dan kucoba untuk tetap berdiam.
“Kak Ray…? Lisa tahu pasti kak Ray marah…”
“Maaf ya kak Ray…Kalau gitu Lisa tutup saja”
Segera kujawab telpon itu.
“Lisa !”
“Kak Ray ?”
Kami berdua sama-sama hening sejenak. Aku tidak tahu apa yang sedang dipikirkan Lisa di ujung telpon sana. Tapi saat ini  hatiku sedang bergejolak…rindu…sedih dan juga emosi turut campur jadi satu.
“Ada apa Lisa ? Bukannya kamu tidak ingin bicara dengan saya lagi? Kataku dengan sedikit emosi.
Kudengar suara isak tangis yang tertahan di ujung telepon sana. Menjadi hening kembali.
“Kak Ray, Lisa ingin ketemu …Lisa ingin bicara…”
“Ya, kak Ray juga ingin bertemu. Banyak yang ingin kak Ray tanyakan. Kapan kita ketemu?”
“Besok pagi saja kak…”
“Kak Ray ke rumah ?”
“Kita ketemu ditaman biasa saja kak”
“Di taman ? Baik kak Ray tunggu besok pagi di sana”
“Sampai besok kak Ray “
“Ya Lisa…”
dan “klik” bunyi telpon ditutup di ujung sana.
Sungguh sejujurnya tak ingin kuakhiri pembicaraan itu. Aku masih rindu suaranya. Tapi biarlah…Mungkin penantianku serasa panjang untuk menunggu pertemuanku besok.


@@@@&&&&@@@@
DI TAMAN KENANGAN
Dulu ditaman ini, pertama kali cinta bersemi. Mungkinkah ditaman ini juga cinta akan berakhir ? Kupandangi kembali  sekeliling taman, masih seperti yang dulu. Pohon kamboja di sana, di bangku kenangan itu dan burung-burung kecil masih tetap beterbangan, masih seperti yang dulu. Tapi kenapa nasib cintaku tidak seperti yang dulu? Kulangkahkan kakiku menuju bangku tua itu, hatiku terasa pilu bila semakin dekat dengan bangku itu. Karena banyak kenangan yang tercipta  disana.

Pagi ini, di taman ini masih terasa udara dingin yang menusuk badan. Kusandarkan badan di bangku kayu yang biasa kami bertemu sambil kupandangi arah ke sebelah timur taman, biasanya dia datang dari arah sana dengan lari kecil sambil tersenyum., dan rambutnya yang panjang akan melayang-layang kebelakang dan kesamping bahunya. Lantas dari jauh saja dia sudah berteriak memanggilku “Kak Ray…!”, begitu teriaknya. Maka terlihat gigi putih bersih yang berderet bagus sekali.  Sungguh semuanya itu masih kuingat dan tak mungkin bisa kulupakan dan memang tak ingin kulupakan. “Oh ya !” masih ada satu hal lagi yang kuingat. Di badan kayu kamboja belakang bangku ini ada tertulis “Lisa dan gambar sepasang hati  yang tertusuk anak panah kemudian namaku Ray”. Coba aku lihat, mungkin masih ada disana. Ya, masih ada disana. Walau sudah tidak sejelas seperti pertama dibuat. Entahlah saat itu apa yang terlintas di hati Lisa, hingga dia membuat kenangan di pohon ini. Saat itu Lisa hanya berkata,”Ini tanda cinta kita takkan pernah berakhir”. “Tapi kenapa sekarang ini berubah……”

“Kak Ray…”, Kudengar dengan jelas suara itu tepat dibelakangku. Kubalikan badan dengan cepat.
“Lisa..??”, kataku sambil kupandangi tubuh seorang gadis yang ada dihadapanku sekarang ini.
“Lisa ku ini ?, bisik hatiku. Tinggi badannya sudah menyamaiku, wajahnya yang manis dan semakin menarik dengan sinar kedewasaannya. Dan..akh…rambutnya yang hitam panjang tetap dijaganya dengan utuh.
“Kak Ray !, sekali lagi Lisa menegurku.
“Lisa..”, jawabku dengan tetap mematung memandangnya.
“Maafkan Lisa kak Ray. Lisa telah membuat kak Ray bingung dan tak menentu”
“Ada apa Lisa ? Kenapa ? Kataku sambil mengajaknya duduk kebangku.
Tapi Lisa diam tak bergeming. Matanya lurus menatap tulisan yang ada di kayu. Sejenak kulihat wajahnya menahan emosi yang mendalam.
“Kamu teringat itu Lis..? kataku.
“Ya….tapi semua sudah berlalu”, katamu perlahan. “Semua telah berlalu”, Lisa mengulangi lagi sambil berusaha menghapus tulisan itu.
“Jangan Lis !, kucegah ia melakukan itu. “Kalaupun engkau sudah tidak ada, tapi biarlah itu tetap ada disana. Biar kenangan itu tetap abadi”
“Dan kenapa Lisa ? Kenapa dengan semua ini?”
“Apakah kamu telah punya pria lain?” Tanyaku sambil mencoba menatap matanya. Lisa tertunduk dan hanya melihat kebawah.
Sekarang aku dan Lisa telah duduk sama-sama dibangku tua itu. Biasanya dia selalu menyandarkan kepalanya dibahuku dan aku membelai rambutnya yang panjang hitam itu. Tapi kini tidak lagi.
“Kak Ray…Lisa sudah putuskan…”
“Pu..tuskan ? Apa yang sudah kamu putuskan lis ?”
“Hubungan kita telah berakhir….”
“Lisa !” aku terkejut sambil kupegang dagunya dan kutatap matanya. Aku yakin sinar mata itu tidak berubah. Tapi mengapa ? (hatiku bertanya).
“Apa kamu sadar dengan apa kamu ucapkan?”
“Lisa yakin…inilah jalan yang terbaik buat kita Kak Ray….”
“Jalan terbaik ? Bagaimana perpisahan ini kamu sebut jalan terbaik !”
“Terus terang saja Lisa. Kamu sudah punya yang lain bukan ?, tanyaku mendesak.
Tapi Lisa hanya diam membeku, tak ada sepata katapun yang keluar dari bibirnya. Dan aku menyadarinya. Tak ada gunanya hubungan ini dilanjutkan, bila isi dan tujuannya sudah kehilangan makna. Tak mungkin abadi bila semua itu hanya keterpaksaan saja.
Maka kuputuskan untuk berkata.
“Lisa walau kamu tidak mau mengatakan alasannya kenapa. Saya tidak bisa paksa kamu. Namun satu hal yang pasti dan dapat saya yakini”
“Saya mencintaimu dan tetap akan mencintaimu……”
Lisa menengadahkan wajahnya dan menatapku. Seolah banyak pertanyaan disana.
“Mengapa kak Ray masih mencintai saya , setelah semua ini terjadi ?
“Lisa ..apakah matahari memberi alasan untuk menyinari bumi ? Begitupula cinta kak Ray…padamu. Satu-satunya alasan adalah , cinta “
“Cukup kak Ray, terserah kak Ray”, katamu agak keras dan membuatku sedikit terhentak.
“Yang penting Lisa sudah menyampaikan semuanya. Dan mulai saat ini Lisa tidak ada hubungan lagi dengan Kak Ray”, lantas kamu berdiri dan hendak pergi. Aku  pegang tangannya untuk menahannya pergi. Kamu menatapku sambil melepaskan peganganku.
“Kak Ray …ini sudah berakhir”, dan kamu pergi meninggalkan saya sendiri.
Kini aku tinggal sendiri duduk dibangku tua ini, seakan tak percaya dengan baru saja terjadi. Apakah ini mimpi ? Kalau mimpi, pasti ini mimpi yang paling buruk selama hidupku. Dan aku ingin segera bangun. Tapi kenyataannya ini adalah nyata. Kenyataannya engkau memang pergi meninggalkanku. Kenyataannya aku tinggal sendiri dibangku kayu tua ini.

Dulu ditaman ini , cinta pertama kali bersemi.
Dulu ditaman ini terucap janji-janji cinta abadi…
Dulu ditaman ini burung-burung kecil menjadi saksi kisah cinta penuh romantik.
Kenapa harus berubah ?
Mengapa harus terjadi ?
Mengapa semua ikatan cinta yang selama terbina tak mampu menahannya ?
Apakah cintaku salah ?
Ataukah dia salah mencinta ?
Sesungguhnya taman tidak ada yang berubah,
Burung-burung kecil tetap bernyanyi riang…
Dan,
Bangku kayu tua ini tetap ada disini,
Kali ini kembali bunga kamboja berguguran….
Tapi kali ini untuk mengiringi perpisahanku dengannya…..

Sad story begin to
*****&&&&******
Jakarta, 22 Juli 2001