Sudah lama aku mengurung diri dalam kamar pribadiku, bukan karena aku banyak harta dalam kamar yang harus kujaga, bukan karena kakiku cacat sehingga aku tidak dapat berjalan, buta sehingga aku tidak bisa melihat ataupun seluruh badanku lumpuh. Bukan ! Bukan itu semua yang menyebabkan aku mengurung diri dalam kamarku.
Aku mengurung diri karena malu, ya karena malu pada diriku sendiri, pada keluargaku, pada tetanggaku, pada teman-temanku dan pada Sahabatku yang selalu memberi aku kesempatan dan pertolongan. Kututup diriku karena aku tidak ingin terlihat oleh orang lain, walaupun itu sahabatku, saudaraku, pacarku, pasanganku bahkan orangtuaku. Aku berpikir sudah cukup bagiku untuk membuat mereka menderita karena kesalahanku dan mereka tidak perlu tahu. Aku berpikir tidak ada jalan keluar lagi untuk kembali dari semuanya ini dan biarlah semuanya menjadi seperti ini.
Sampai suatu ketika pintu kamar diketuk;
Aku : Siapa ? Bukan aku sudah pernah katakan, aku tidak butuh tamu, aku tidak ingin keluar !
Sahabat : Ini Aku...
Aku : Ya tapi siapa ? Sebutkan namamu ? (dengan nada malas)
Sahabat : Apa kamu tidak mengenal suaraku ?
Aku : Sudahlah...Aku tidak ada waktu untuk bermain-main...Sebutkan namamu ..atau tinggalkan aku !
(kataku dengan nada suara emosi)
Sahabat : Tidak..Aku ingin engkau mendengar suaraKu dan mengenaliKu (dengan nada yang sabar)
Aku : Aku tidak ada waktu, aku sibuk ! (dengan nada emosi, males dan berbohong)
Sahabat : Tapi Aku punya waktu yang banyak buat kamu, buat berdiri di depan pintu dan selalu mengetuk
pintumu (dengan nada tetap halus)
Aku : Tapi aku tidak mau ! Kamu mengganggu ketenanganku dan mengganggu privasiku !! (emosi semakin tak terkendali tapi juga ada perasaan was-was tersembunyi)
Maka kubiarkan saja orang itu diam diluar dan aku kembali dengan aktivitasku dalam kamar. Rupanya orang itu benar-benar gigih dan tahan banting (mungkin tidak punya malu pikirku). Setiap waktu Ia memanggil namaku dan mengetuk pintu kamar, begitu terus-menerus. Hingga perlahan aku mulai mengingat suaraNya, dan itu membuat jantungku berdebar 1.000 x lebih cepat. "Waahh...gawattt...ternyat
Sabahat : Apakah kamu sudah mengenal suaraKu ?
Aku : Iya...(dengan suara gemetar)
Sahabat : Bagus....(terdengat nada yang begitu gembira). Kalau begitu buka kan pintumu (nadanya
meminta)
Aku : Kamu bicara dari luar saja...dan aku tetap di dalam (pintaku)
Sahabat : Aku ingin masuk, mengunjungimu, melihat keadaanmu dan berbicara sambil menatap matamu.
Aku : Aku malu dengan keadaanku...Aku tidak pantas...(dengan nada melemah)
Sahabat : Aku sudah tahu semua keadaanmu dan Aku mengerti...
Aku : Tapi aku telah mengecewakanMu..Apa yang telah Kau berikan telah kusia-siakan...
Sahabat : Aku tahu...(dengan nada tetap lembut dan tenang)
Aku : Tapi ini adalah yang kesekian kalinya aku melakukannya...Aku tidak ingin membuatMu susah
(dengan nada sedih)
Sahabat : "........" Dia memanggil namaku..apakah waktu-waktu yang lalu..saat engkau juga mengalami
masalah yangh serupa dan berulang kali...aku pernah membencimu ? Meninggalkanmu ?
(bertanya dengan nada yang tetap lembut)
Aku : Tidak...Tidak pernah sedikitpun demikian...(dengan nada sedih..)
Sahabat : Bukalah pintumu...Bukan kamu telah mengenal suaraku...Pasti kamu tahu siapa Aku ?
Aku : Kamu adalah Sahabat...(jawabku pelan)
Sahabat : Bukankah seorang Sahabat selalu hadir setiap saat, entah saat sedih atau bahagia ? Dan
Sahabat selalu ada saat Ia dibutuhkan ?
Aku mulai membuka pintu kamarku, dan Ia masuk dengan senyum yang hangat dan penuh kasih. Aku tak kuasa untuk tidak menangis dan bercerita banyak tetang perjalanan hidup yang kualami. Ia memelukku begitu erat dan hangat...Dan berkata
"Aku adalah Sahabatmu..yang akan selalu datang mengetuk pintu kamarmu, mendengarkan kisah hidupmu, yang memberimu pelukkan hangat dan memberimu harapan".
Lho Su Fan, 24 Juli 2010
Dalam kamar hidupku yang terkunci dengan egoisme, kebencian, nafsu dan serakah, Ia datang mengetuk pintu hatiku terus-menerus..Tak pernah bosan dan jenuh...Ia memeluk tubuhku walau tubuhku dipenuhi kotoran..."
Leonardus pjos 2010