Minggu, 08 Januari 2012

Dari GIRISONTA kembali ke GIRISONTA, dan dari PENGABDIAN menuju KEABADIAN

Dari GIRISONTA kembali ke GIRISONTA,
dan dari PENGABDIAN menuju KEABADIAN.
Dahulu 71 tahun yang lalu saat engkau bertekad untuk mengabdi,
semangat dan CINTA KASIH yang menjadi wahanamu untuk terus melayani.
Dan kini setelah 71 tahun berlalu,
Cinta dan Kasih telah berbuah dan membuat kami yang kau layani mengantarmu ke GIRISONTA.
Dengan naik kereta Kyai Sultan yang dikendarai para Novisiat SJ,
dan di-iringi doa Salam Maria kami mengantarmu ke Taman Getsmani.
Disana di Taman Getsmanni jasadmu akan luluh menjadi satu dengan tanah,
seperti para sahabatmu yang telah berkumpul lebih awal.
Taman Getsamani adalah taman prasasti keselamatan abadi,
dimana Tuhan Yesus membuat keputusan untuk keselamatan ABADI.


Untuk Romo Oei Goan Tjiang, SJ ; 22 Mei 1920 - 4 Nopember 2011
"Yang mengabdi untuk pelayanan dan kehidupan"
Leonardus Pjos2011

Cinta Yang Teruji

“Heei Ray..ada perlu sedikit.. Mengenai Lisa ”
“Lisa ? Ya kenapa dengan Lisa”, Jawab Ray dengan sedikit enggan.
“Lisa sakit !”
“Sakit ? Lantas ada apa dengan saya ?”
“Ray…Lisa tidak pernah melupakanmu. Dia tetap mencintaimu….”
“Tak pernah melupakan ? Tetap mencintaiku ?”
“Lalu kenapa dia meninggalkan saya ?”
“Ray..kamu tidak tahu..”
“Baca ini dan semoga kamu tidak terlambat”, Shanty memberikan buku kepada Ray.

====*****=====

BUKU HARIAN PENUH CINTA
“Akhh..ini buku harian Lisa. Kenapa Shanty memberikannya kepada saya ?”, bisik hati Ray. Dengan hati yang gelisah dan pikiran yang kalut Ray mulai membuka buku harian itu, dan membacanya….

Melbourne, 13 Nop 1990
Pk.16.00 sore
Aku baru saja tiba di Mellbourne. Udara disini dingin..uughh, untung aku dibelikan mantel oleh mama.
Bagaimana yaahh keadaan kamu ? Aahh baru sehari saja sudah rindu.

Sudah dulu ya, mau beres-beres…



Ps: oh ya teman-teman disini baik dan ramah.
Melbourne, 16 januari 1992
Tengah malam,

Sedang apa ya kamu ? Saya disini tidak bisa tidur.

Lisa.

23 maret 1992
 Hari ini saya capek banget. Testnya susah banget tapi untung saya bisa.
Hari ini juga saya ke dokter, karena sepulang kuliah kepala saya sakit.
Saya dapat surat dari kak Ray, katanya ia ke Batam di kirim oleh kantornya. Semoga kamu sukses ya….rasanya saya kangen dach….

Lisa

Membaca buku harian Lisa, Ray merasa melihat isi hati Lisa yang terdalam. Ray mulai menahan haru, sedih dan entah rasa apa lagi yang berbaur menjadi satu. Disadari bahwa Lisa begitu sangat merindukannya, itu bisa Ray lihat dalam catatan-catatan harian selama Lisa di Australia. Ray membuka lagi lembar-lembar demi lembar.

Melbourne, 18 Desember 1992
Untuk Mama, papa dan orang yang sangat kucintai disana.
Hari ini di kota tempat saya tinggal cuacanya sedang dingin, dan saya sedang liburan kuliah.
Saya harap berita ini tidak membuat mama, papa dan orang yang kucintai bersedih. Hasil dari laboratorium telah saya terima, saya positip tumor otak. Oh Tuhan mengapa ini harus terjadi ? Apa saya telah berbuat dosa ? Saya takut dan saya sangat sedih sekali. Saya membayangkan orang-orang yang saya cintai….
Saya bingung apa saya harus bilang sama papa, mama dan kak Ray ? Tuhan tolong Bantu saya….

Lisa,
PS : Saya tidak bisa tidur.
        Saya ingin pulang, saya ingin Natalan bersama papa, mama dan kak Ray ku, entah berapa lama lagi
        sisa waktuku.


Ray tidak bisa menahan air mata, kali ini dia benar-benar tak sadar apa yang tengah terjadi. Dipandanginya foto mereka berdua yang ada di meja kamar. Hati Ray semakin sedih saja….baru kini dia sadari..memang tak ada yang berubah dari burung kecilnya  itu. Rupanya maksud kata perpisahan Lisa hanya ingin melindungi dirinya untuk tidak turut sedih dan menderita.

“Lisa…!!!!!!” Ray berteriak dengan menahan emosi yang mendalam sambil memeluk erat foto mereka. Betapa rasa bersalahnya dia terhadap Lisa. Mengapa disaat-saat Lisa membutuhkannya, dia tidak berada disampingnya, menguatkannya…dan menghiburnya….

Ray tak dapat membayangkan bagaimana gadis manis yang lucu, lincah itu menjadi penyendiri dan diam. Dia juga membayangkan bagaimana perasaan Lisa waktu mengatakan perpisahaan dengannya dan juga saat-saat sendiri tanpanya. Semakin membayangkan semua tentang Lisa, Ray terasa semakin tenggelam dalam rasa bersalahnya…Sekali lagi dia membaca catatan Lisa yang terakhir .

Jakarta, 23 Nopember 1996

Untuk semua orang yang kucintai, Mama, Papa dan yang tak pernah kulupakan…
Ini adalah catatanku yang terakhir…setelah ini biarlah semua hanya tercatat dalam kenanganku…
(Ray diam sejenak…terasa dadanya sesak sekali, air mata sebagai lelaki terasa terlalu gampang mengalir…baginya malahan terlalu susah untuk menahan air mata).

Aku telah meminta mama dan papa untuk mengijinkanku tinggal di Sukabumi, di rumah tante. Aku berharap dapat melepas semua beban disana dan aku berharap ketenangan disana juga dapat membuat hatiku damai…
Ooohh Tuhan maafkanlah hambaMu yang hina ini, mungkin aku telah menyakitkan kedua orang tuaku dan juga aku telah membuat hancur hati kak Ray…Maafkan Lisa kak Ray..Semoga kak Ray mendapat seorang yang lebih pantas ,mendampingi Kak Ray…

(hati Ray menjerit, “Tahukah kamu  Lisa sampai saat ini hanya kamu yang ada di hati saya !! Tak mungkin tergantikan..sampai kapanpun…”). Ray melanjutkan lagi.

Kak Ray bila Tuhan telah memanggilku…Aku hanya ingin engkau tetap mengenangku…ya mengenangku sebagai burung kecil yang dulu….Maafkan Lisa kak Ray..Lisa telah begitu egois…

Jakarta, menjelang dini hari
Lisa
Ps.: Hasil terakhir menunjukkan penyakitku bertambah parah….Aku tak ingin membuang-buang biaya lagi biar saja begini adanya. Aku pasrahkan semua padaMu Tuhan.


“Tidaakkk !!!!  .Akulah yang egois …Akulah yang membuat kamu menderita…!! Huukk…huukk…”, Ray menjerit menangis sedih sambil menatap foto  mereka berdua dan  mendekap erat buku harian Lisa.

Penggalan Novel Cinta Yang Teruji-Leonardus Pjos
"Cinta mampu menyimpan dan melupakan semua rasa sakit dan derita, untuk membuat yang dicinta bahagia"

Cinta Yang Teruji

Lisa harus melanjutkan sekolah ke luar negeri, karena orang tuanya menginginkan agar dia mengecap pendidikan di negeri kangguru, Australia.
 “Tak ada orang tua yang tidak sayang pada anaknya, Lisa,” kataku.
 “ Tapi mengapa harus belajar keluar negeri ? Mengapa tidak kuliah disini saja ? Disini kan banyak juga universitas-universitas yang bagus!  Mengapa ?” tanya Lisa seakan meminta jawaban dariku.
 “ Lisa, orang tua kamu pasti ada pertimbangan lain memintamu untuk belajar keluar negeri. Dan kamu adalah anak tunggalnya, yang sangat dicintainya, itu pasti ! Orang tua sangat menaruh harapan padamu. Agar kamu menjadi orang yang mandiri dan berpengetahuan luas , dengan demikian Kak Ray pikir orang tuamu akan merasa tenang dimasa tuanya nanti ! ”
 “ Jadi Kak Ray setuju, kalau Lisa belajar keluar negeri ? Dan  Lisa jauh dari Kak Ray ? Kak Ray tidak merasa keberatan ? Tidak merasa kehilangan ?”
Satu sisi yang juga harus kuakui, sebenarnya aku berat !  Aku pasti akan kehilangan ! Tapi apakah aku hanya melihat dari sisi diriku ? Apakah aku tidak rela Lisa menjadi seorang maju, berpandangan luas dan berpendidikkan tinggi ? Ataukah aku takut tersaingi olehnya ? Atau juga takut nanti disana Lisa kecantol dengan pria lain dan hatinya berubah kepadaku ? Dan a..pakah aku mempunyai hak untuk itu ? Bukankah masih ada orang tuanya yang juga sangat mengasihinya ? Yang  ingin juga Lisa bahagia? Bahkan kurasa rela mengorbankan segalanya deminya.   Kutahan perasaanku itu, dan aku berusaha untuk berkata dengan tenang,
 “ Lisa, Kak Ray tahu apa yang menjadi beban bagimu. Kamu pasti memikirkan hubungan kita bukan ? Dari dulu kamu sudah kenal dengan Kak Ray kan ? Bagaimana perasaan Kak Ray  kamu pasti sudah tahu ? Kutarik nafasku lagi dan mencoba untuk menghibur dirinya, mungkin juga aku menghibur diriku sendiri, “ Cinta adalah saling percaya.  Tak terpisah oleh jauhnya jarak dan terhenti oleh rentangnya waktu. Kak Ray percaya sama kamu Lisa, dimanapun kamu berada dan sampai berapa lamapun kamu pergi , kamu pasti akan ingat dengan Kak Ray. Begitu juga dengan Kak Ray, Kak Ray akan menunggu kamu kembali .” Kubelai rambutmu dan kutatap mata yang bening, tampak tetesan bening air matamu mengalir membasahi pipimu. Aku berkata lagi, kali ini aku sengaja bercanda, “ Sudah tuh malu dilihat orang, masak sudah gede-gede nangis. Nanti dikira orang diapain lagi. Hayo hapus air matanya.” Kuhapus air matanya dengan tanganku lalu kubenam kepalanya kedalam pelukkanku. Lisa semakin sedih, punggungnya bergonjang menahan tangis.
 “ Lisa, ini bukan perpisahan untuk selamanya , percayalah.. tak perlu terlalu sedih. ”
 “ Kak Ray…Lisa sayang sama Kak Ray..,” katamu sambil tetap dalam pelukkanku. “ Lisa takut…”
“ Kak Ray tahu…Kak Ray tahu.,” kataku lirih ditelingamu .
Senja hari itu telah mengantar Lisa pergi, rindu dan hatikupun terbawa  bersamanya !  Dua tahun kemudian aku ditugaskan perusahaanku untuk mengurus proyek di Pulau Batam.


Penggalan Novel Cinta Yang Teruji-Leonardus Pjos
“ Cinta adalah saling percaya.  Tak terpisah oleh jauhnya jarak dan terhenti oleh rentangnya waktu"

Cinta Yang Teruji

“Ray !”, panggil Hadi, membuat Ray kembali ke alam nyata. Tapi tetap saja Ray diam.
“Ray lupakan saja dia…kisah cinta luh sudah berakhir….”

Ray menatap Hadi dan kemudian menatap langit yang membentang luas, sambil berkata.
“Bagi gua cinta adalah cinta. Dan itu takkan pernah berakhir”
“Tapi itu mimpi ! Luh  harus bisa  melihat kenyataan..!”
“Sekarang sudah hampir setahun elu dan dia berpisah, bahkan elu sendiri tidak tahu bagaimana khabarnya dia”, Hadi mencoba mengingatkan situasi sebenarnya pada Ray.

“Dan lagi mungkin saja sekarang si Lisa sedang asyik pacaran dengan pria lain”, tambah Hadi.
Di..gua nggak bisa salahin luh, sebab elu memang tidak bisa merasakan langsung hubungan gua dengan Lisa. Tapi gua sangat yakin dengan perasaan gua, sebab mata cinta jauh lebih banyak melihat yang tersembunyi…”, jawab Ray sambil memeluk punggung sahabatnya itu.
“Terima kasih Di. Sudahlah kita nggak usah ngomongin soal itu lagi, OK ?”, kata Ray sambil mengencangkan pelukannya.


Penggalan novel Cinta Yang Teruji-Leonardus Pjos

"Cinta adalah Cinta"
"Mata Cinta jauh lebih banyak melihat yang tersembunyi"

Cinta Yang Teruji

Pagi ini, di taman ini masih terasa udara dingin yang menusuk badan. Kusandarkan badan di bangku kayu yang biasa kami bertemu sambil kupandangi arah ke sebelah timur taman, biasanya dia datang dari arah sana dengan lari kecil sambil tersenyum., dan rambutnya yang panjang akan melayang-layang kebelakang dan kesamping bahunya. Lantas dari jauh saja dia sudah berteriak memanggilku “Kak Ray…!”, begitu teriaknya. Maka terlihat gigi putih bersih yang berderet bagus sekali.  Sungguh semuanya itu masih kuingat dan tak mungkin bisa kulupakan dan memang tak ingin kulupakan. “Oh ya !” masih ada satu hal lagi yang kuingat. Di badan kayu kamboja belakang bangku ini ada tertulis “Lisa dan gambar sepasang hati  yang tertusuk anak panah kemudian namaku Ray”. Coba aku lihat, mungkin masih ada disana. Ya, masih ada disana. Walau sudah tidak sejelas seperti pertama dibuat. Entahlah saat itu apa yang terlintas di hati Lisa, hingga dia membuat kenangan di pohon ini. Saat itu Lisa hanya berkata,”Ini tanda cinta kita takkan pernah berakhir”. “Tapi kenapa sekarang ini berubah……”
“Kak Ray…”, Kudengar dengan jelas suara itu tepat dibelakangku. Kubalikan badan dengan cepat.
“Lisa..??”, kataku sambil kupandangi tubuh seorang gadis yang ada dihadapanku sekarang ini.
“Lisa ku ini ?, bisik hatiku. Tinggi badannya sudah menyamaiku, wajahnya yang manis dan semakin menarik dengan sinar kedewasaannya. Dan..akh…rambutnya yang hitam panjang tetap dijaganya dengan utuh.
“Kak Ray !, sekali lagi Lisa menegurku.
“Lisa..”, jawabku dengan tetap mematung memandangnya.
“Maafkan Lisa kak Ray. Lisa telah membuat kak Ray bingung dan tak menentu”
“Ada apa Lisa ? Kenapa ? Kataku sambil mengajaknya duduk kebangku.
Tapi Lisa diam tak bergeming. Matanya lurus menatap tulisan yang ada di kayu. Sejenak kulihat wajahnya menahan emosi yang mendalam.
“Kamu teringat itu Lis..? kataku.
“Ya….tapi semua sudah berlalu”, katamu perlahan. “Semua telah berlalu”, Lisa mengulangi lagi sambil berusaha menghapus tulisan itu.
“Jangan Lis !, kucegah ia melakukan itu. “Kalaupun engkau sudah tidak ada, tapi biarlah itu tetap ada disana. Biar kenangan itu tetap abadi”
“Dan kenapa Lisa ? Kenapa dengan semua ini?”
“Apakah kamu telah punya pria lain?” Tanyaku sambil mencoba menatap matanya. Lisa tertunduk dan hanya melihat kebawah.
Sekarang aku dan Lisa telah duduk sama-sama dibangku tua itu. Biasanya dia selalu menyandarkan kepalanya dibahuku dan aku membelai rambutnya yang panjang hitam itu. Tapi kini tidak lagi.
“Kak Ray…Lisa sudah putuskan…”
“Pu..tuskan ? Apa yang sudah kamu putuskan lis ?”
“Hubungan kita telah berakhir….”
“Lisa !” aku terkejut sambil kupegang dagunya dan kutatap matanya. Aku yakin sinar mata itu tidak berubah. Tapi mengapa ? (hatiku bertanya).
“Apa kamu sadar dengan apa kamu ucapkan?”
“Lisa yakin…inilah jalan yang terbaik buat kita Kak Ray….”
“Jalan terbaik ? Bagaimana perpisahan ini kamu sebut jalan terbaik !”
“Terus terang saja Lisa. Kamu sudah punya yang lain bukan ?, tanyaku mendesak.
Tapi Lisa hanya diam membeku, tak ada sepata katapun yang keluar dari bibirnya. Dan aku menyadarinya. Tak ada gunanya hubungan ini dilanjutkan, bila isi dan tujuannya sudah kehilangan makna. Tak mungkin abadi bila semua itu hanya keterpaksaan saja.
Maka kuputuskan untuk berkata.
“Lisa walau kamu tidak mau mengatakan alasannya kenapa. Saya tidak bisa paksa kamu. Namun satu hal yang pasti dan dapat saya yakini”
“Saya mencintaimu dan tetap akan mencintaimu……”
Lisa menengadahkan wajahnya dan menatapku. Seolah banyak pertanyaan disana.
“Mengapa kak Ray masih mencintai saya , setelah semua ini terjadi ?
“Lisa ..apakah matahari memberi alasan untuk menyinari bumi ? Begitupula cinta kak Ray…padamu. Satu-satunya alasannya adalah , cinta “
“Cukup kak Ray, terserah kak Ray”, katamu agak keras dan membuatku sedikit terhentak.
“Yang penting Lisa sudah menyampaikan semuanya. Dan mulai saat ini Lisa tidak ada hubungan lagi dengan Kak Ray”, lantas kamu berdiri dan hendak pergi. Aku  pegang tangannya untuk menahannya pergi. Kamu menatapku sambil melepaskan peganganku.
“Kak Ray …ini sudah berakhir”, dan kamu pergi meninggalkanku sendiri.
Kini aku tinggal sendiri duduk dibangku tua ini, seakan tak percaya dengan baru saja terjadi. Apakah ini mimpi ? Kalau mimpi, pasti ini mimpi yang paling buruk selama hidupku. Dan aku ingin segera bangun. Tapi kenyataannya ini adalah nyata. Kenyataannya engkau memang pergi meninggalkanku. Kenyataannya aku tinggal sendiri dibangku kayu tua ini.


Penggalan Novel Cinta Yang Teruji-leopjos

Cinta Yang Teruji

Memang pada akhirnya aku berhasil mendapatkan hatinya. Tapi bukanlah suatu perjalanan yang mulus dan gampang. Karena untuk  mendapatkannya banyak sekali yang harus kuhadapi , salah satunya adalah kenyataan ! Bahwa dia memang masih remaja . Saat itu usianya baru memasuki enambelas tahun dan aku duapuluh tujuh tahun kurang. Usia yang berbeda hampir sebelas tahun memang membuatku sempat ragu. Apakah ini mungkin ? Dan apakah dia hanya cinta monyet saja ? Dan  yang terpenting apakah sekolahnya tidak terganggu ? Walaupun  keluarganya tidak begitu melarang dengan keras hubungannya denganku, tapi aku menyadarinya  bahwa keluarganya mempercayaiku dan aku tak ingin menyalahgunakan kepercayaan itu ! Pergulatan batin bergulat terus menerus hingga pada suatu saat.
“ Lis, apakah saya tidak mengganggu sekolah kamu ?, tanyaku.
“ Tidak, sama sekali tidak. Malahan Lisa merasa ada semangat dan juga Lisa merasa aman bila Kak Ray bersama Lisa,” jawabnya saat itu.
“ Kak Ray tidak ingin memaksa… dan bila Lisa menginginkan untuk sementara waktu, Kak Ray bisa menjaga jarak dengan Lisa, agar Lisa dapat berkonsentrasi belajar  itu tak menjadi masalah. Dan juga saya tidak keberatan untuk menunggu kamu hingga kamu benar-benar merasa pas dan cocok bahwa Kak Ray adalah pilihan kamu,” kataku.
“ Khoq Kak Ray begitu sich ? Nggak percaya ya .. sama Lisa ? “ balas kamu sambil muka menahan kesal dan terlihat matanya merah hampir menangis.
“Apa Kak Ray malu pacaran sama Lisa ? Masih anak kecil ? Masih ingusan ? Atau Kak Ray sudah ada cewek lain ?” katanya lagi. Dan sekarang benar-benar dia ngambek, lalu dia berlari menjauh dariku.
“Yaa.. ampun susahnya …kalu sudah begini,” bisik hatiku.
Aku berlari menghampirinya, kupegang tangannya, kuraih pundaknya dan  kupeluk hangat tubuhnya.
“ Lisa… Kak Ray tidak punya maksud apa-apa, apalagi ada cewek lain…tidak …bukan itu maksud Kak Ray.., semua ini  karena Kak Ray benar-benar sayang sama kamu, Kak Ray tidak ingin kamu terkekang…tidak bebas…Kak Ray ingin kamu bahagia,” sambil kupeluk lebih dalam lagi tubuhnya.
Aku memang sangat menginginkan  dia bisa bebas …lepas di usia remajanya, berbicara serta bergaya seperti yang lainnya tanpa ada tekanan-tekanan yang menghimpitnya. Karena aku begitu sayang kepadanya .  Dia tak bicara lagi, kepalanya disandarkan kedadaku. Dan aku memang tak perlu jawabannya lagi, aku sudah tahu jawabannya.


penggalan Novel Cinta Yang Teruji-leopjos
"Cinta bukanlah suatu yg mengikat kebebasan, tapi Cinta membuat ruang sangat bebas untuk lebih mengerti dan bertanggungjawab akan keterikatan"-leopjos2011

Cinta Yang Teruji

“Mengapa kak Ray masih mencintai saya ?”
“…apakah matahari memberi alasan untuk menyinari bumi ?….”

Masih kuingat .
Cita dan cinta yang kami buat bersama,
Dalam taman bertaburan bunga-bunga…
Serta burung-burung kecil yang menjadi saksi,
Turut bernyanyi dan menari-nari…
Betapa indahnya…
Kubuka kembali semua kenangan yang ada,
Dan kurangkai menjadi  satu dalam rindu.
Rindu yang membawaku pulang…
Rindu yang memanggilku kembali…
Kembali pada si burung kecil…
Kembali pada belahan hatiku…


Penggalan Novel Cinta Yang Teruji-Leopjos

CINTA YANG TERUJI

Masih membekas dalam ingatanku….
Di dalam taman dekat kota kelahiranku..
Saat itu kita duduk berdua…
Di bangku kayu sederhana…
Ada pohon kamboja yang tepat berada di belakang kita…
sedang mekar dan bertaburan bunganya….
Sore yang sejuk itu,
Menambah suasana damai dalam hati kita berdua…
Banyak  kita lihat pasangan – pasangan yang lain di sekitar kita..
Mereka juga sedang mereguk indahnya bercinta…
Dan..
Kita juga tersenyum…ketika kita melihat..
Sepasang burung gereja bercengkrama…
Satu dengan yang lain saling bertautan…
Terkadang saling kejar mengejar…
Bercanda ria di angkasa bebas…
Akhirnya mereka bertautan kembali..
Aaahhh sepasang burung gereja yang romantis

“ Aku ingin seperti burung gereja,“ katamu sambil menatap langit dengan senyum penuh harapan. “Terbang tinggi… bebas….. bercanda ria, romantis dan mempunyai kekasih yang abadi..” lanjutmu lagi. Dan  engkau tertunduk, lalu kau sandarkan bahumu kebahuku. Kemudian kau benamkan kepalamu kedalam dadaku. Begitu hangat rasanya perasaanku saat itu, perasaan kita berdua. Dan aku mengerti…sangat mengerti segala harapanmu itu. Kubelai rambutmu yang hitam panjang terurai dan kurapihkan dengan hati-hati bagaikan membelai mutiara..” Rambutmu memang indah ,“ bisik hatiku. Kucium dengan hangat kepalamu, “ Aku juga ingin seperti burung gereja,” bisikku kedalam telingamu.


Matahari perlahan mulai redup…
Terang sudah mulai bergeser gelap…
Angin sepoi – sepoi mulai berganti dingin menusuk..
Taman sudah hampir sunyi saat itu…
Pohon kamboja dibelakang kita mulai banyak berguguran bunganya…tertiup angin,
Dan sepasang burung gereja sudah pergi entah kemana....



"penggalan Novel Cinta Yang Teruji"-leopjos
“Cinta yang disebut cinta menurutku adalah cinta yang ter-uji dalam segala hal, dan cinta dapat melewati hal itu walau terkadang harus melalui jalan yang tidak mulus dan berliku ! “
Leonardus Pjos

Seperti Aku Pernah Katakan Padamu

Seperti aku pernah katakan padamu,
aku tak ingin mengekang dirimu dengan kehendakku
Engkau adalah bebas,
sebebas burung-burung yang beterbangan riang gembira...

Seperti aku pernah katakan padamu,
aku sungguh teramat mencintaimu.
Tapi cintaku tak ingin mengubah dirimu.
engkau tetap kucintai apapun adanya.

Seperti aku pernah katakan padamu,
aku tak bisa menahan kepergianmu
Tapi engkau tahu di hati ini,
semua tentangmu adalah abadi.

Seperti aku pernah katakan padamu,
hari ini aku telah memilihmu.
Dan hari esok. hari selanjutnya,
engkau tetap menjadi pilihanku.

Lho Su Fan, 30 September 2011
"Ditengah hidup yang tidak mungkin abadi, aku abadikan cintaku"
Leonardus Pjos