Jumat, 25 Oktober 2013

CINTA YANG TERUJI episode 1



Mentari baru saja merangkak bersinar, kehangatannya lembut menyentuh bumi, menyapa rerumputan, memasuki celah – celah alam kehidupan. Telah lahir lagi hari baru, hari yang penuh kemegahan misteri !  Burung – burung kecil beterbangan, dan suara jengkerik serta hewan kecil  masih terdengar jernih ditelinga, menambah indah suasana   alam di sungai Ladi , Batam. 

Tempat ini memang  biasa kukunjungi, sekedar untuk  melepaskan segala beban dari kehidupan dan pekerjaan rutinku. Terkadang  tempat ini bisa menjadi pengaduan hatiku kala sedang risau dan juga bila rindu pada seseorang, seperti saat ini.

Hari ini aku  memang sengaja datang pagi-pagi, untuk menikmati  suasana yang tenang, damai dan  indahnya pagi hari di sungai Ladi . Lagipula  kalau pagi hari belum terlalu berisik oleh kendaraan yang lalu – lalang.

Aku  duduk di batu besar yang berada dipinggir sungai dengan latar belakang bukit-bukit dan pohon – pohon yang hampir penuh mengitari  sungai. Diam termenung sambil  kupandangi air sungai yang bening mengalir, kulihat  wajahku yang  terpantul dalam jernihnya air “ Dikepalaku mulai terlihat beberapa rambut yang  memutih dan kerutan wajahku….. akh…waktu  telah berlalu dengan cepat, “ hatiku berbisik  sambil kutarik nafas dalam-dalam. 

Terkadang mataku  menatap jauh kedepan, seakan mencari suatu yang ingin sekali kulihat. Aku sadari betapa indahnya pemandangan alam di sekitar sini, semua begitu harmonis , begitu serasi, semuanya terpadu saling mengisi. Takkan habis  rasa kagumku bila kupikir terus-menerus. “Tuhan Maha Besar ! Maha Karya ! CiptaanNya yang benar-benar melewati batas alam pikir manusia  !

Perlahan kubangkit dari batu yang kududuki, kulangkahkan kakiku  berjalan menyusuri  tepi sungai, sambil melihat-lihat disekitarku. “ Aku harus menikmati pagi ini dengan baik, pagi yang terakhir di sungai Ladi, “ bisik hatiku. 

Tak seberapa lama berjalan, aku hentikan langkah…mataku tertuju pada  sepasang mahluk  kecil yang bersayap. Terbang kesana-kemari, bercanda ria di angkasa… disela-sela pepohonan. Sepasang burung kecil dengan bulu kebiru-biruan dan warna ekornya tampak ada sedikit bercampur warna merah berkilauan. Terkadang hinggap di atas ranting  untuk saling bertautan,sebentar kemudian kembali terbang bercanda ria. Kini mataku menatap jauh keatas, menerawang menembus batas-batas masa lalu, kenangan yang tercipta indah terlintas lagi di benakku… .

Masih membekas dalam ingatanku….
Di dalam taman dekat kota kelahiranku..
Saat itu kita duduk berdua…
Di bangku kayu sederhana…
Ada pohon kamboja yang tepat berada di belakang kita…
sedang mekar dan bertaburan bunganya….
Sore yang sejuk itu,
Menambah suasana damai dalam hati kita berdua…
Banyak  kita lihat pasangan – pasangan yang lain di sekitar kita..
Mereka juga sedang mereguk indahnya bercinta…
Dan..
Kita juga tersenyum…ketika kita melihat..
Sepasang burung gereja bercengkrama…
Satu dengan yang lain saling bertautan…
Terkadang saling kejar mengejar…
Bercanda ria di angkasa bebas…
Akhirnya mereka bertautan kembali..
Aaahhh sepasang burung gereja yang romantis

“ Aku ingin seperti burung gereja,“ katamu sambil menatap langit dengan senyum penuh harapan. “Terbang tinggi… bebas….. bercanda ria, romantis dan mempunyai kekasih yang abadi..” lanjutmu lagi.

Dan  engkau tertunduk, lalu kau sandarkan bahumu kebahuku. Kemudian kau benamkan kepalamu kedalam dadaku. Begitu hangat rasanya perasaanku saat itu, perasaan kita berdua. Dan aku mengerti…sangat mengerti segala harapanmu itu. Kubelai rambutmu yang hitam panjang terurai dan kurapihkan dengan hati-hati bagaikan membelai mutiara..” Rambutmu memang indah ,“ bisik hatiku. Kucium dengan hangat kepalamu, “ Aku juga ingin seperti burung gereja,” bisikku kedalam telingamu.


Matahari perlahan mulai redup…
Terang sudah mulai bergeser gelap…
Angin sepoi – sepoi mulai berganti dingin menusuk..
Taman sudah hampir sunyi saat itu…
Pohon kamboja dibelakang kita mulai banyak berguguran bunganya…tertiup angin,
Dan sepasang burung gereja sudah pergi entah kemana....


FLASHBACK
Teringat juga saat perjumpaan kali pertama dengannya, di acara “malam api unggun”   Jambore yang di adakan oleh Mudika Mangga Besar, Jakarta. 
“ Hey ! Ray sedang liatin apa lu !” kata temanku Hadi dengan mata mengikuti arah pandanganku.
 “ Yang itu maahh gua tahu ! Dia itu masih kecil Ray! Masih  kelas 1 SMA, “ lanjutnya lagi. 

Tapi aku tak menanggapi komentar si Hadi, mataku terus tertuju pada cewek yang duduk berseberangan denganku. Wajahnya yang manis, rambutnya hitam pekat panjang sebahu, terurai kedepan bila sedang menunduk sambil tanggan mendekap kedua lututnya , matanya bening bersinar gembira dan bibirnya..wuaahh merah delima boohh! “ Aku tak peduli dia masih SMA, yang kutahu dia begitu menarik”, saat itu hatiku berkata. 

 “ Raaayy!!! musiiiikk!! Ray..?? Ray… !!
Hei Ray…! Gitar !!!! “ teriak temanku  yang mandu acara tersebut. 
“ Ya ampum tengsin dach gua. Semua mata tertuju padaku dengan mulut tersenyum setengah tertawa. Yaach…yach.. apa ? Lagunya apa yach ? “ tanyaku sambil  meng-alihkan perhatian tatapan semua mata yang tertuju padaku.
 “ Kemesraan…!” teriak temanku. “Semua berdiri sambil gandengan tangan dan berkekeliling api unggun ! 
Ayoo ! Ayooo hup..hup !!“, teriak temanku lagi.
 “Kemesraan ini janganlah cepat berlalu….Kemesraan ini ingin kukenang selalu….Hatiku daaamai..bila kau disampingku…” Begitu lirik lagu itu yang perlahan berlalu dengan sunyi seiring dengan berakhirnya Jambore.

 Aku memang belum sempat kenalan dengannya. Tapi aku sudah tahu namanya.
 “ Namanya Lisa, dia tinggal dekat Lokasari, “ kata temanku saat itu.
 Dan aku yakin dia juga tahu  bahwa  aku memperhatikan dia, terlebih pada saat acara di api unggun. Karena saat itu  dia tersenyum, dan tertawa kecil malu-malu di goda oleh teman-temannya yang duduk disebelahnya.

Hari demi hari berlalu namun bayangan dirinya selalu melekat dalam setiap langkahku. Pernah juga aku mencoba untuk menepis bayangannya, tapi tetap saja dia datang kembali. Kalau boleh kukatakan terus terang saat itu  aku  sedang laku-lakunya oleh kaum hawa. Maklum selain aktif di organisasi, menurut gosip yang beredar diantara kami mereka juga menyenangi gaya pergaulanku yang terbuka, santai dan humoris. 

Pernah ada seorang   cewek yang ingin serius denganku atau ada juga yang sekedar  penjajakan, tapi semua itu berlalu begitu saja !  Mungkin benar kali ya? Apa yang orang bilang, yang namanya cinta itu datangnya tidak dapat di tebak!  Apalagi di batasi kapan ?  Siapa ? Dan harus begini atau begitu !  Tapi kalau kupikir lagi apa benar sich aku cinta padanya ? Padahal kenal juga belum, itu saja hanya baru melihat sesaat wajah dan gayanya. Atau inikah yang disebut cinta pada pandangan pertama ? Atau juga mungkin aku hanya kesemsem ? Logika…pikiran dan segala akal daya telah kukembangkan untuk dapat memecahkan pertanyaan-pertanyaan yang terus bergelayut dihatiku. Mau tahu jawabnya ? Akhirnya kuputuskan jalankan dulu sesuai dengan feeling !

***
BERKENALAN
Dapat juga aku berkenalan dengannya, saat itu adalah acara Natal dan Tahun Baru. 
“ Hey apa khabar,” sapaku. “ Mau ikut acara tukar-tukaran kado ya ? Nnngg....ngomong-ngomong namanya siapa sich kamu ? “ berondongku pura-pura tidak tahu. 
Waktu itu dia menjawab sambil menahan senyum, 
“ Aaaahhh pura-pura nggak tahu, waktu dulu-kan kakak liatin saya terus…waktu di acara jambore, betulkan ? Tapi nggak apa-apa dech, spesial buat kakak ! Saya kasih tahu nama saya Li..sa…, lengkapnya E..li..za…beth . Boleh panggil Lisa ! Atau Lis saja atau boleh juga beth ! Tapi jangan panggil sabet lho ! “ katanya sambil mengulurkan tangannya. 
Sungguh ceplas-ceplosnya membuatku jadi mati kutu! Tapi sungguh juga aku senang karena ternyata dugaanku benar, dia juga tahu bahwa aku memperhatikannya saat di Jambore dulu. Sambil sedikit nyengir kusambut uluran tangannya,  kuperkenalkan namaku ,
” Ray…Raymundus …”.  Dan hatiku bernyanyi saat itu,” Ambooiii indahnya !!! “ Hari-hari selanjutnya adalah hari-hari pemburuanku untuk mendapatkan tempat di hatinya.

Memang pada akhirnya aku berhasil mendapatkan hatinya. Tapi bukanlah suatu perjalanan yang mulus dan gampang. Karena untuk  mendapatkannya banyak sekali yang harus kuhadapi , salah satunya adalah kenyataan ! Bahwa dia memang masih remaja . Saat itu usianya baru memasuki enambelas tahun dan aku duapuluh tujuh tahun kurang. Usia yang berbeda hampir sebelas tahun memang membuatku sempat ragu. Apakah ini mungkin ? Dan apakah dia hanya cinta monyet saja ? Dan  yang terpenting apakah sekolahnya tidak terganggu ? Walaupun  keluarganya tidak begitu melarang dengan keras hubungannya denganku, tapi aku menyadarinya  bahwa keluarganya mempercayaiku dan aku tak ingin menyalahgunakan kepercayaan itu !

Pergulatan batin bergulat terus menerus hingga pada suatu saat.
 “ Lis, apakah saya tidak mengganggu sekolah kamu ?, tanyaku.
 “ Tidak, sama sekali tidak. Malahan Lisa merasa ada semangat dan juga Lisa merasa aman bila Kak Ray bersama Lisa,” jawabnya saat itu.
 “ Kak Ray tidak ingin memaksa… dan bila Lisa menginginkan untuk sementara waktu, Kak Ray bisa menjaga jarak dengan Lisa, agar Lisa dapat berkonsentrasi belajar  itu tak menjadi masalah. Dan juga saya tidak keberatan untuk menunggu kamu hingga kamu benar-benar merasa pas dan cocok bahwa Kak Ray adalah pilihan kamu,” kataku.   
“ Khoq Kak Ray begitu sich ? Nggak percaya ya .. sama Lisa ? “ balas kamu sambil muka menahan kesal dan terlihat matanya merah hampir menangis. 
“Apa Kak Ray malu pacaran sama Lisa ? Masih anak kecil ? Masih ingusan ? Atau Kak Ray sudah ada cewek lain ?” katanya lagi.
 Dan sekarang benar-benar dia ngambek, lalu dia berlari menjauh dariku. “Yaa.. ampun susahnya …kalu sudah begini,” bisik hatiku. 
Aku berlari menghampirinya, kepegang tangannya, kuraih pundaknya dan  kupeluk hangat tubuhnya. “ Lisa… Kak Ray tidak punya maksud apa-apa, apalagi ada cewek lain…tidak …bukan itu maksud Kak Ray.., semua ini  karena Kak Ray benar-benar sayang sama kamu, Kak Ray tidak ingin kamu terkekang…tidak bebas…Kak Ray ingin kamu bahagia,” sambil kupeluk lebih dalam lagi tubuhnya. Aku memang sangat menginginkan  dia bisa bebas …lepas di usia remajanya, berbicara serta bergaya seperti yang lainnya tanpa ada tekanan-tekanan yang menghimpitnya. Karena aku begitu sayang kepadanya .  Dia tak bicara lagi, kepalanya disandarkan kedadaku. Dan aku memang tak perlu jawabannya lagi, aku sudah tahu jawabannya.

Bersamanya memang membuatku lebih bahagia, ceria dan terasa usiaku tak jauh berbeda dengannya. Aku juga menjadi tempat pengaduan baginya….uneg-unegnya dan juga segala omelannya. Haa…haaa aku senang sekali dan sungguh teramat senang, karena aku bisa menjadi pelabuhan baginya….bisa menjadi teman bicaranya ….dan bisa berarti baginya. Kadang – kadang aku larut dalam dunianya dan kadang -kadang dia juga bisa menjadi  dewasa, bahkan menghiburku bila aku membicarakan masalah-masalah yang kuhadapi di tempat kerjaku atau..masalah lain juga. Sungguh m e n a k j u b k a n !!

Kawan - kawan seusiaku rata-rata sudah banyak yang menikah dan bahkan sudah ada yang menggendong anak. Maka tak jarang juga bila bertemu dengan mereka, mereka selalu bercanda ,
 “ Pacaran melulu.!! Apa nggak bosen ? Cepeten kawin dong..entar nggak keburu lhoo!!”.
 Ya.., memang kadang-kadang terpikir juga dalam hatiku untuk segera memasuki hidup baru bersamanya. Tapi bila kupikir-pikir lebih dalam lagi aku belum siap,  dan sangat riskan rasanya perkawinan terlalu diburu-buru hanya karena faktor usia yang mendesak, apalagi alasannya karena lingkungan, atau teman-teman. Untuk hal yang satu ini , aku benar-benar konsens dan tak ingin sampai mengambil langkah yang salah. Perkawinan sangat sakral bagiku ! Lagipula Lisa masih terlalu dini untuk hal itu, dia juga harus menyelesaikan belajarnya dan dia sendiri memang tampaknya masih belum terlalu serius memikirkan masalah itu.  “ Biarlah saya akan menunggu sampai saatnya tiba,” putusan hatiku saat itu.

                                                                                     ***

“Cinta yang disebut cinta menurutku adalah cinta yang ter-uji dalam segala hal, dan cinta dapat melewati hal itu walau terkadang harus melalui jalan yang tidak mulus dan berliku ! “

AKU HARUS  RELA  MELEPASMU
Enam tahun yang lalu di taman itu  dan di bangku kayu itu juga aku  duduk dengannya, untuk pertemuan yang terakhir kalinya.
Lisa harus melanjutkan sekolah ke luar negeri, karena orang tuanya menginginkan agar dia mengecap pendidikan di negeri kangguru, Australia.
 “Tak ada orang tua yang tidak sayang pada anaknya, Lisa,” kataku.
 “ Tapi mengapa harus belajar keluar negeri ? Mengapa tidak kuliah disini saja ? Disini kan banyak juga universitas-universitas yang bagus!  Mengapa ?” tanya Lisa seakan meminta jawaban dariku.
 “ Lisa, orang tua kamu pasti ada pertimbangan lain memintamu untuk belajar keluar negeri. Dan kamu adalah anak tunggalnya, yang sangat dicintainya, itu pasti ! Orang tua sangat menaruh harapan padamu. Agar kamu menjadi orang yang mandiri dan berpengetahuan luas , dengan demikian Kak Ray pikir orang tuamu akan merasa tenang dimasa tuanya nanti ! ”
 “ Jadi Kak Ray setuju, kalau Lisa belajar keluar negeri ? Dan  Lisa jauh dari Kak Ray ? Kak Ray tidak merasa keberatan ? Tidak merasa kehilangan ?” 

Satu sisi yang juga harus kuakui, sebenarnya aku berat !  Aku pasti akan kehilangan ! Tapi apakah aku hanya melihat dari sisi diriku ? Apakah aku tidak rela Lisa menjadi seorang maju, berpandangan luas dan berpendidikkan tinggi ? Ataukah aku takut tersaingi olehnya ? Atau juga takut nanti disana Lisa kecantol dengan pria lain dan hatinya berubah kepadaku ? Dan a..pakah aku mempunyai hak untuk itu ? Bukankah masih ada orang tuanya yang juga sangat mengasihinya ? Yang  ingin juga Lisa bahagia? Bahkan kurasa rela mengorbankan segalanya deminya.   Kutahan perasaanku itu, dan aku berusaha untuk berkata dengan tenang,
 “ Lisa, Kak Ray tahu apa yang menjadi beban bagimu. Kamu pasti memikirkan hubungan kita bukan ? Dari dulu kamu sudah kenal dengan Kak Ray kan ? Bagaimana perasaan Kak Ray  kamu pasti sudah tahu ? Kutarik nafasku lagi dan mencoba untuk menghibur dirinya, mungkin juga aku menghibur diriku sendiri, “ Cinta adalah saling percaya.  Tak terpisah oleh jauhnya jarak dan terhenti oleh rentangnya waktu. Kak Ray percaya sama kamu Lisa, dimanapun kamu berada dan sampai berapa lamapun kamu pergi , kamu pasti akan ingat dengan Kak Ray. Begitu juga dengan Kak Ray, Kak Ray akan menunggu kamu kembali .”

Kubelai rambutmu dan kutatap mata yang bening, tampak tetesan bening air matamu mengalir membasahi pipimu. Aku berkata lagi, kali ini aku sengaja bercanda,
 “ Sudah tuh malu dilihat orang, masak sudah gede-gede nangis. Nanti dikira orang diapain lagi. Hayo hapus air matanya.” 
Kuhapus air matanya dengan tanganku lalu kubenam kepalanya kedalam pelukkanku. Lisa semakin sedih, punggungnya bergonjang menahan tangis.
 “ Lisa, ini bukan perpisahan untuk selamanya , percayalah.. tak perlu terlalu sedih. ”
 “ Kak Ray…Lisa sayang sama Kak Ray..,” katamu sambil tetap dalam pelukkanku. “ Lisa takut…”
“ Kak Ray tahu…Kak Ray tahu.,” kataku lirih ditelinganya .
Senja hari itu telah mengantar Lisa pergi, rindu dan hatikupun terbawa  bersamanya !  Dua tahun kemudian aku ditugaskan perusahaanku untuk mengurus proyek di Pulau Batam.

Aakhh…aku tersadar dari lamunanku ,Tak terasa mentari sudah bersinar cerah. Aku harus segera pulang, beres – beres  dan pergi ke airport. Balik ke Jakarta ! Karena di sana. Ditaman itu. Burung gerejaku menanti !
The End to Begin

===== ***** ====
bersambung ke Cinta Yang Teruji episode 2

Tidak ada komentar: