Mentari baru saja merangkak bersinar, kehangatannya lembut
menyentuh bumi, menyapa rerumputan, memasuki celah – celah alam kehidupan. Telah lahir lagi hari baru, hari yang
penuh kemegahan misteri ! Burung –
burung kecil beterbangan, dan suara jengkerik serta hewan kecil masih terdengar jernih ditelinga, menambah
indah suasana alam di sungai Ladi ,
Batam.
Tempat ini memang biasa
kukunjungi, sekedar untuk melepaskan
segala beban dari kehidupan dan pekerjaan rutinku. Terkadang tempat ini bisa menjadi pengaduan hatiku kala
sedang risau dan juga bila rindu pada seseorang, seperti saat ini.
Hari ini aku memang sengaja datang pagi-pagi, untuk
menikmati suasana yang tenang, damai
dan indahnya pagi hari di sungai Ladi .
Lagipula kalau pagi hari belum terlalu
berisik oleh kendaraan yang lalu – lalang.
Aku
duduk di batu besar yang berada dipinggir sungai dengan latar belakang
bukit-bukit dan pohon – pohon yang hampir penuh mengitari sungai. Diam termenung sambil kupandangi air sungai yang bening mengalir,
kulihat wajahku yang terpantul dalam jernihnya air “ Dikepalaku
mulai terlihat beberapa rambut yang
memutih dan kerutan wajahku….. akh…waktu
telah berlalu dengan cepat, “ hatiku berbisik sambil kutarik nafas dalam-dalam.
Terkadang mataku menatap jauh kedepan, seakan mencari suatu
yang ingin sekali kulihat. Aku sadari betapa indahnya pemandangan alam di
sekitar sini, semua begitu harmonis , begitu serasi, semuanya terpadu saling
mengisi. Takkan habis rasa kagumku bila
kupikir terus-menerus. “Tuhan Maha Besar ! Maha Karya ! CiptaanNya yang
benar-benar melewati batas alam pikir manusia
! “
Perlahan
kubangkit dari batu yang kududuki, kulangkahkan kakiku berjalan menyusuri tepi sungai, sambil melihat-lihat
disekitarku. “ Aku harus menikmati pagi ini dengan baik, pagi yang terakhir di
sungai Ladi, “ bisik hatiku.
Tak
seberapa lama berjalan, aku hentikan langkah…mataku tertuju pada sepasang mahluk kecil yang bersayap. Terbang kesana-kemari,
bercanda ria di angkasa… disela-sela pepohonan. Sepasang burung kecil dengan
bulu kebiru-biruan dan warna ekornya tampak ada sedikit bercampur warna merah
berkilauan. Terkadang hinggap di atas ranting
untuk saling bertautan,sebentar kemudian kembali terbang bercanda ria.
Kini mataku menatap jauh keatas, menerawang menembus batas-batas masa lalu,
kenangan yang tercipta indah terlintas lagi di benakku… .
Masih membekas
dalam ingatanku….
Di dalam taman
dekat kota kelahiranku..
Saat itu kita
duduk berdua…
Di bangku kayu
sederhana…
Ada pohon kamboja
yang tepat berada di belakang kita…
sedang mekar dan bertaburan bunganya….
Sore yang sejuk itu,
Menambah suasana damai dalam hati kita berdua…
Banyak kita lihat pasangan – pasangan yang lain di
sekitar kita..
Mereka juga sedang mereguk indahnya
bercinta…
Dan..
Kita juga
tersenyum…ketika kita melihat..
Sepasang burung gereja bercengkrama…
Satu dengan yang lain saling bertautan…
Terkadang saling kejar mengejar…
Bercanda ria di angkasa bebas…
Akhirnya mereka
bertautan kembali..
Aaahhh sepasang
burung gereja yang romantis
“ Aku ingin seperti burung gereja,“ katamu sambil menatap
langit dengan senyum penuh harapan. “Terbang tinggi… bebas….. bercanda ria,
romantis dan mempunyai kekasih yang abadi..” lanjutmu lagi.
Dan engkau tertunduk, lalu kau sandarkan bahumu
kebahuku. Kemudian kau benamkan kepalamu kedalam dadaku. Begitu hangat rasanya perasaanku saat itu,
perasaan kita berdua. Dan aku mengerti…sangat mengerti segala harapanmu itu.
Kubelai rambutmu yang hitam panjang terurai dan kurapihkan dengan hati-hati
bagaikan membelai mutiara..” Rambutmu memang indah ,“ bisik hatiku. Kucium
dengan hangat kepalamu, “ Aku juga ingin seperti burung gereja,” bisikku
kedalam telingamu.
Matahari perlahan mulai redup…
Terang sudah mulai bergeser gelap…
Angin sepoi –
sepoi mulai berganti dingin menusuk..
Taman sudah
hampir sunyi saat itu…
Pohon kamboja
dibelakang kita mulai banyak berguguran bunganya…tertiup angin,
Dan sepasang
burung gereja sudah pergi entah kemana....
FLASHBACK
Teringat juga saat
perjumpaan kali pertama dengannya, di acara “malam api unggun” Jambore yang di adakan oleh Mudika Mangga
Besar, Jakarta.
“ Hey ! Ray sedang liatin apa lu !” kata temanku Hadi dengan
mata mengikuti arah pandanganku.
“ Yang itu maahh gua tahu ! Dia itu masih
kecil Ray! Masih kelas 1 SMA, “
lanjutnya lagi.
Tapi aku tak menanggapi komentar si Hadi, mataku terus tertuju
pada cewek yang duduk berseberangan denganku. Wajahnya yang manis, rambutnya
hitam pekat panjang sebahu, terurai kedepan bila sedang menunduk sambil tanggan
mendekap kedua lututnya , matanya bening bersinar gembira dan bibirnya..wuaahh
merah delima boohh! “ Aku tak peduli dia masih SMA, yang kutahu dia begitu
menarik”, saat itu hatiku berkata.
“ Raaayy!!! musiiiikk!! Ray..?? Ray…
!!
Hei Ray…! Gitar !!!! “ teriak temanku
yang mandu acara tersebut.
“ Ya ampum tengsin dach gua. Semua mata
tertuju padaku dengan mulut tersenyum setengah tertawa. Yaach…yach.. apa ?
Lagunya apa yach ? “ tanyaku sambil
meng-alihkan perhatian tatapan semua mata yang tertuju padaku.
“
Kemesraan…!” teriak temanku. “Semua berdiri sambil gandengan tangan dan
berkekeliling api unggun !
Ayoo ! Ayooo hup..hup !!“, teriak temanku lagi.
“Kemesraan ini janganlah cepat berlalu….Kemesraan ini ingin kukenang
selalu….Hatiku daaamai..bila kau disampingku…” Begitu lirik lagu itu yang
perlahan berlalu dengan sunyi seiring dengan berakhirnya Jambore.
Aku memang
belum sempat kenalan dengannya. Tapi aku sudah tahu namanya.
“ Namanya Lisa, dia tinggal dekat Lokasari, “ kata
temanku saat itu.
Dan aku yakin dia juga tahu
bahwa aku memperhatikan dia,
terlebih pada saat acara di api unggun. Karena saat itu dia tersenyum, dan tertawa kecil malu-malu di
goda oleh teman-temannya yang duduk disebelahnya.
Hari demi hari
berlalu namun bayangan dirinya selalu melekat dalam setiap langkahku. Pernah
juga aku mencoba untuk menepis bayangannya, tapi tetap saja dia datang kembali.
Kalau boleh kukatakan terus terang saat itu
aku sedang laku-lakunya oleh kaum
hawa. Maklum selain aktif di organisasi, menurut gosip yang beredar diantara
kami mereka juga menyenangi gaya pergaulanku yang terbuka, santai dan humoris.
Pernah ada seorang cewek yang ingin
serius denganku atau ada juga yang sekedar
penjajakan, tapi semua itu berlalu begitu saja ! Mungkin benar kali ya? Apa yang orang bilang,
yang namanya cinta itu datangnya tidak dapat di tebak! Apalagi di batasi kapan ? Siapa ? Dan harus begini atau begitu ! Tapi kalau kupikir lagi apa benar sich aku
cinta padanya ? Padahal kenal juga belum, itu saja hanya baru melihat sesaat
wajah dan gayanya. Atau inikah yang disebut cinta pada pandangan pertama ? Atau
juga mungkin aku hanya kesemsem ? Logika…pikiran dan segala akal daya telah
kukembangkan untuk dapat memecahkan pertanyaan-pertanyaan yang terus bergelayut
dihatiku. Mau tahu jawabnya ? Akhirnya kuputuskan jalankan dulu sesuai dengan
feeling !
***
BERKENALAN
Dapat juga aku
berkenalan dengannya, saat itu adalah acara Natal dan Tahun Baru.
“ Hey apa
khabar,” sapaku. “ Mau ikut acara tukar-tukaran kado ya ?
Nnngg....ngomong-ngomong namanya siapa sich kamu ? “ berondongku pura-pura
tidak tahu.
Waktu itu dia menjawab sambil menahan senyum,
“ Aaaahhh pura-pura
nggak tahu, waktu dulu-kan kakak liatin saya terus…waktu di acara jambore,
betulkan ? Tapi nggak apa-apa dech, spesial buat kakak ! Saya kasih tahu nama
saya Li..sa…, lengkapnya E..li..za…beth . Boleh panggil Lisa ! Atau Lis saja
atau boleh juga beth ! Tapi jangan panggil sabet lho ! “ katanya sambil
mengulurkan tangannya.
Sungguh ceplas-ceplosnya membuatku jadi mati kutu! Tapi
sungguh juga aku senang karena ternyata dugaanku benar, dia juga tahu bahwa aku
memperhatikannya saat di Jambore dulu. Sambil sedikit nyengir kusambut uluran
tangannya, kuperkenalkan namaku ,
”
Ray…Raymundus …”. Dan hatiku bernyanyi
saat itu,” Ambooiii indahnya !!! “ Hari-hari selanjutnya adalah hari-hari
pemburuanku untuk mendapatkan tempat di hatinya.
Memang pada
akhirnya aku berhasil mendapatkan hatinya. Tapi bukanlah suatu perjalanan yang
mulus dan gampang. Karena untuk mendapatkannya
banyak sekali yang harus kuhadapi , salah satunya adalah kenyataan ! Bahwa dia
memang masih remaja . Saat itu usianya baru memasuki enambelas tahun dan aku
duapuluh tujuh tahun kurang. Usia yang berbeda hampir sebelas tahun memang
membuatku sempat ragu. Apakah ini mungkin ? Dan apakah dia hanya cinta monyet
saja ? Dan yang terpenting apakah
sekolahnya tidak terganggu ? Walaupun
keluarganya tidak begitu melarang dengan keras hubungannya denganku,
tapi aku menyadarinya bahwa keluarganya
mempercayaiku dan aku tak ingin menyalahgunakan kepercayaan itu !
Pergulatan
batin bergulat terus menerus hingga pada suatu saat.
“ Lis, apakah saya tidak
mengganggu sekolah kamu ?, tanyaku.
“ Tidak, sama sekali tidak. Malahan Lisa
merasa ada semangat dan juga Lisa merasa aman bila Kak Ray bersama Lisa,”
jawabnya saat itu.
“ Kak Ray tidak ingin memaksa… dan bila Lisa menginginkan
untuk sementara waktu, Kak Ray bisa menjaga jarak dengan Lisa, agar Lisa dapat
berkonsentrasi belajar itu tak menjadi
masalah. Dan juga saya tidak keberatan untuk menunggu kamu hingga kamu
benar-benar merasa pas dan cocok bahwa Kak Ray adalah pilihan kamu,”
kataku.
“ Khoq Kak Ray begitu sich ?
Nggak percaya ya .. sama Lisa ? “ balas kamu sambil muka menahan kesal dan
terlihat matanya merah hampir menangis.
“Apa Kak Ray malu pacaran sama Lisa ?
Masih anak kecil ? Masih ingusan ? Atau Kak Ray sudah ada cewek lain ?” katanya
lagi.
Dan sekarang benar-benar dia ngambek, lalu dia berlari menjauh dariku.
“Yaa.. ampun susahnya …kalu sudah begini,” bisik hatiku.
Aku berlari
menghampirinya, kepegang tangannya, kuraih pundaknya dan kupeluk hangat tubuhnya. “ Lisa… Kak Ray
tidak punya maksud apa-apa, apalagi ada cewek lain…tidak …bukan itu maksud Kak
Ray.., semua ini karena Kak Ray
benar-benar sayang sama kamu, Kak Ray tidak ingin kamu terkekang…tidak
bebas…Kak Ray ingin kamu bahagia,” sambil kupeluk lebih dalam lagi tubuhnya.
Aku memang sangat menginginkan dia bisa
bebas …lepas di usia remajanya, berbicara serta bergaya seperti yang lainnya
tanpa ada tekanan-tekanan yang menghimpitnya. Karena aku begitu sayang
kepadanya . Dia tak bicara lagi,
kepalanya disandarkan kedadaku. Dan aku memang tak perlu jawabannya lagi, aku
sudah tahu jawabannya.
Bersamanya
memang membuatku lebih bahagia, ceria dan terasa usiaku tak jauh berbeda
dengannya. Aku juga menjadi tempat pengaduan baginya….uneg-unegnya dan juga
segala omelannya. Haa…haaa aku senang sekali dan sungguh teramat senang, karena
aku bisa menjadi pelabuhan baginya….bisa menjadi teman bicaranya ….dan bisa berarti
baginya. Kadang – kadang aku larut dalam dunianya dan kadang -kadang dia juga
bisa menjadi dewasa, bahkan menghiburku
bila aku membicarakan masalah-masalah yang kuhadapi di tempat kerjaku
atau..masalah lain juga. Sungguh m e n a k j u b k a n !!
Kawan - kawan
seusiaku rata-rata sudah banyak yang menikah dan bahkan sudah ada yang
menggendong anak. Maka tak jarang juga bila bertemu dengan mereka, mereka
selalu bercanda ,
“ Pacaran melulu.!! Apa nggak bosen ? Cepeten kawin
dong..entar nggak keburu lhoo!!”.
Ya.., memang kadang-kadang terpikir juga
dalam hatiku untuk segera memasuki hidup baru bersamanya. Tapi bila
kupikir-pikir lebih dalam lagi aku belum siap,
dan sangat riskan rasanya perkawinan terlalu diburu-buru hanya karena
faktor usia yang mendesak, apalagi alasannya karena lingkungan, atau
teman-teman. Untuk hal yang satu ini , aku benar-benar konsens dan tak ingin
sampai mengambil langkah yang salah. Perkawinan sangat sakral bagiku ! Lagipula
Lisa masih terlalu dini untuk hal itu, dia juga harus menyelesaikan belajarnya
dan dia sendiri memang tampaknya masih belum terlalu serius memikirkan masalah
itu. “ Biarlah saya akan menunggu sampai saatnya tiba,” putusan hatiku saat itu.
***
“Cinta
yang disebut cinta menurutku adalah cinta yang ter-uji dalam segala hal, dan
cinta dapat melewati hal itu walau terkadang harus melalui jalan yang tidak
mulus dan berliku ! “
AKU HARUS
RELA MELEPASMU
Enam tahun yang
lalu di taman itu dan di bangku kayu itu
juga aku duduk dengannya, untuk pertemuan
yang terakhir kalinya.
Lisa harus
melanjutkan sekolah ke luar negeri, karena orang tuanya menginginkan agar dia
mengecap pendidikan di negeri kangguru, Australia.
“Tak ada orang tua yang tidak sayang pada
anaknya, Lisa,” kataku.
“ Tapi mengapa harus belajar keluar negeri ?
Mengapa tidak kuliah disini saja ? Disini kan banyak juga
universitas-universitas yang bagus!
Mengapa ?” tanya Lisa seakan meminta jawaban dariku.
“ Lisa, orang tua kamu pasti ada pertimbangan
lain memintamu untuk belajar keluar negeri. Dan kamu adalah anak tunggalnya,
yang sangat dicintainya, itu pasti ! Orang tua sangat menaruh harapan padamu.
Agar kamu menjadi orang yang mandiri dan berpengetahuan luas , dengan demikian
Kak Ray pikir orang tuamu akan merasa tenang dimasa tuanya nanti ! ”
“ Jadi Kak Ray setuju, kalau Lisa belajar
keluar negeri ? Dan Lisa jauh dari Kak
Ray ? Kak Ray tidak merasa keberatan ? Tidak merasa kehilangan ?”
Satu sisi yang
juga harus kuakui, sebenarnya aku berat !
Aku pasti akan kehilangan ! Tapi apakah aku hanya melihat dari sisi
diriku ? Apakah aku tidak rela Lisa menjadi seorang maju, berpandangan luas dan
berpendidikkan tinggi ? Ataukah aku takut tersaingi olehnya ? Atau juga takut
nanti disana Lisa kecantol dengan pria lain dan hatinya berubah kepadaku ? Dan
a..pakah aku mempunyai hak untuk itu ? Bukankah masih ada orang tuanya yang
juga sangat mengasihinya ? Yang ingin
juga Lisa bahagia? Bahkan kurasa rela mengorbankan segalanya deminya. Kutahan perasaanku itu, dan aku berusaha
untuk berkata dengan tenang,
“ Lisa, Kak Ray tahu apa yang menjadi beban
bagimu. Kamu pasti memikirkan hubungan kita bukan ? Dari dulu kamu sudah kenal
dengan Kak Ray kan ? Bagaimana perasaan Kak Ray
kamu pasti sudah tahu ? Kutarik nafasku lagi dan mencoba untuk menghibur
dirinya, mungkin juga aku menghibur diriku sendiri, “ Cinta adalah saling
percaya. Tak terpisah oleh jauhnya jarak
dan terhenti oleh rentangnya waktu. Kak Ray percaya sama kamu Lisa, dimanapun
kamu berada dan sampai berapa lamapun kamu pergi , kamu pasti akan ingat dengan
Kak Ray. Begitu juga dengan Kak Ray, Kak Ray akan menunggu kamu kembali .”
Kubelai rambutmu dan kutatap mata yang bening, tampak tetesan bening air matamu
mengalir membasahi pipimu. Aku berkata lagi, kali ini aku sengaja bercanda,
“ Sudah
tuh malu dilihat orang, masak sudah gede-gede nangis. Nanti dikira orang
diapain lagi. Hayo hapus air matanya.”
Kuhapus air matanya dengan tanganku lalu
kubenam kepalanya kedalam pelukkanku. Lisa semakin sedih, punggungnya
bergonjang menahan tangis.
“ Lisa, ini bukan perpisahan untuk selamanya ,
percayalah.. tak perlu terlalu sedih. ”
“ Kak Ray…Lisa sayang sama Kak Ray..,” katamu
sambil tetap dalam pelukkanku. “ Lisa takut…”
“ Kak Ray
tahu…Kak Ray tahu.,” kataku lirih ditelinganya .
Senja hari itu
telah mengantar Lisa pergi, rindu dan hatikupun terbawa bersamanya !
Dua tahun kemudian aku ditugaskan perusahaanku untuk mengurus proyek di
Pulau Batam.
Aakhh…aku
tersadar dari lamunanku ,Tak terasa mentari sudah bersinar cerah. Aku
harus segera pulang, beres – beres dan
pergi ke airport. Balik ke Jakarta !
Karena di sana. Ditaman itu. Burung gerejaku menanti !
The End to Begin
===== ***** ====
bersambung ke Cinta Yang Teruji episode 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar