Jumat, 25 Oktober 2013

CINTA YANG TERUJI episode 2 (Sad Story)




RINGKASAN CERITA LALU

Ray adalah seorang pemuda dewasa yang aktif di organisasi kepemudaan di gereja. Dia bertemu dengan Lisa, gadis  yang baru menginjak remaja pada acara Jambore. Kemudian mereka menjalin hubungan walau  harus melalui segala macam masalah, beda usia, pergaulan dan cara pandang. Sampai akhirnya  mereka harus berpisah , orang tua Lisa menyekolahkan Lisa ke luar negeri, Australia. Dan dua tahun kemudian Ray mendapat tugas kantor ke pulau Batam. Setelah dua tahun di Batam Ray kembali pulang ke Jakarta. Ia ingin bertemu Lisa yang baru saja pulang dari Australia.

“Saya  mencintaimu . Dan tetap mencintaimu!”
“Mengapa kak Ray masih mencintai saya ?”
“…apakah matahari memberi alasan untuk menyinari bumi ?….”

Masih kuingat .
Cita dan cinta yang kami buat bersama,
Dalam taman bertaburan bunga-bunga…
Serta burung-burung kecil yang menjadi saksi,
Turut bernyanyi dan menari-nari…
Betapa indahnya…
Kubuka kembali semua kenangan yang ada,
Dan kurangkai menjadi  satu dalam rindu.
Rindu yang membawaku pulang…
Rindu yang memanggilku kembali…
Kembali pada si burung kecil…
Kembali pada belahan hatiku…

PULANG KE RUMAH DENGAN SEJUTA RINDU


Perhatian ! Perhatian ! Untuk seluruh penumpang pesawat Garuda Indonesia Airways !  Pesawat segera mendarat di Lapangan Udara Soekarno - Hatta, Cengkareng Jakarta. Harap penumpang memakai sabuk pengaman sampai pesawat  mendarat di tempat tujuan ! Begitu yang kudengar suara Pramugari  dari kabin depan pesawat yang kutumpangi. 

Aku pejamkan mata dan  mulai membayangkan wajah-wajah keluargaku, teman-temanku dan teman istimewaku, Lisa ! Aku sangat berharap Lisa datang untuk menjemputku. Ingin kulihat lagi wajahnya yang lugu, rambutnya yang panjang terurai dan ketawanya yang benar -benar menjadi ciri khasnya. Apakah dia sudah berubah setelah pulang dari Australia ? Bertambah dewasakah ? Makin cantikkah ? Dan apakah perasaannya terhadapku tidak berubah ? Oooh Tuhan aku berharap semua baik-baik saja dan sesuai dengan harapanku. Aku sudah sangat merindukan mereka, khususnya dia…

Pesawat mendarat sudah. Kulangkahkan kakiku menuju pintu keluar sambil membawa tas  koper yang tidak begitu banyak isinya. Dalam hati tetap kuberharap dan berdoa, semoga kudapati orang yang kurindu. 
“Haii Reiii !!!” Rei ! Kudengar suara memanggilku. Suara siapa ya ? Ha ! Aku masih kenal, dia si Hadi ! Teman karibku yang paling sohib.
“Hey Di  ! Apa khabar lhoe ?” Kujabat tangannya dengan erat. “ Sama siapa lhoe?” sambil kucari-kucari wajah yang lainnya.
“Tuuhh ! Sama anak-anak” Kata si Hadi
“Mana ? Siapa aja ?”
“Tuuhh…tuuhh mereka lagi jalan di ujung. Tadi gua lebih cepat dari mereka”.
Kulihat dari kejauhan tampak, Mamaku, ponakan, Erwin, Agus, Lily,…dan mana ya..si Lisa ? Bisik hatiku galau…
“Ray..ray….kenapa Ray ???”, Hadi sedikit menggoyangkan badanku.
“Nnggg…tidak Di. Tidak ada apa-apa. Oh..ya bagaimana teater kita ? Masih suka pentas nggak ?”
“Ray…kamu menyembunyikan perasanmu. Pasti karena Lisa nggak datang khan ? Dia memang nggak bisa datang …Katanya  dia akan telpon kamu…”
“Oooh nggak apa-apa Di, trims ya …nanti juga gua yang telepon dia”.
“Oom Raii….ooomm”, Panggil ponakanku Dewi dengan manja dan langsung berhamburan kepelukkan.
“Ha..ha..ha..apa khabar Dewi ?”. Sambil kuangkat dan kugendong keponakan ku itu.
“Sudah kelas berapa ya…kamu ?
“TK B Oomm”, jawabnya dengan nada yang lucu.
“Sudah bisa baca blum ?”Tanya ku lagi
“Cuudah dong oom. A..be..ce..”, katanya
“ha..ha..ha…ha…” Kami yang mendengarkannya semua tertawa.
Tapi kutahu pasti hatiku resah…
Tak melihat burung kecilku.
Tak bertemu debaran jantungku…




DIMANA KAMU ?
“Hallo.? Halloo ….?”
“Ya hallo ? Siapa disana ?”
“Pagi tante ! Ini Ray !”
“Hei  Ray ? Apa khabar ? Kapan pulang ? Kenapa tidak bilang-bilang ?”
(hati jadi sedih..kenapa Lisa tidak bilang orang tuanya dan apakah dia lupa ?)
“Baik tante. Tante gimana ? Gimana juga oom ? Ya maaf tante, Ray pulang cepat-cepat , jadi tidak sempat kasih khabar, tante…”
“ Kamu cari Lisa khan ? Baru saja dia pergi’
“Pergi ? Pergi kemana tante  pagi –pagi begini ?”
“Tante nggak tahu Ray. Ada pesan nggak ? Nanti tante  sampaikan “
“Tidak  usah tante. Nanti biar Ray datang aja ke rumah.
“Oh baik  Ray datang saja.
“Tante ehngg….”
“Ada apa Ray ?”
“Nggak apa-apa tan..Oh ya terima kasih ya tan, sampai nanti da…”
“Dach..Ray…”. Kudengar bunyi telpon ditutup di ujung sana.
“ Aakhh..kemana ya si Lisa ? Kenapa dia nggak telpon aku ?”

&&&&****&&&&&&&


REUNI TANPANYA
“Hey teman-teman kita sambut teman lama kita ini !   Dia yang hilang kini telah kembali !” Teriak Hadi.
“Ray mana oleh-olehnya ?”  Tanya Boby sambil gurau.
“Ray elhoe makin tebal aja dong tuh kantong ! Ba..tam…pasti elhoe banyak dolar…Traktir kita-kita ya ?” kata Rita.
“Ssstt udach…da…elhoe orang pada ribut aja…dia kan baru aja sampai kemarin, mungkin dia masih cape tuuhh..”, sela Agus.
“Tapi Ray ngomong-ngomong gimana cewek-cewek disana ? Ada yang bening  nggak ? Kenalin gua donk..” tambah si Agus. 
Dan langsung di tanggapin oleh teman-teman, “Huuu…hu………”.
“Ha..ha..ha…kalau sudah ngumpul ,masih saja seperti yang dulu …selalu ramai, ribut dan penuh canda”’ Bisik hatiku.
“Jangan takut, sekarang kita ke Gajah Mada. Kita cari makanan disana, pokoknya semua gua yang traktir “.
“Yihui….hua..hu..hu…..makan gratis !!! Semua menyambut ajakanku itu.
Tiba-tiba si Bram bertanya,” Ray gimana si “ehem” lu tuh ? Khoq dia nggak diajak sich ? Lu takut lecet ya…? Kalo gua lihat sih..dia itu tambah yahut aja setelah pulang dari Australia”.
“Bram..!!” , bisik si Hadi perlahan sambil mencolek badan Bram dan memberi kode kerlingan mata secara diam-diam.
Tapi aku melihat. “ Ada apa ya ? Kenapa semua temanku diam, pada saat membicarakan Lisa ? Apa ada yang tidak beres ? “, Bisik hatiku.
“Ngg…nggak apa-apa. Dia lagi pergi sama orang tuanya.,” kataku berbohong.
“Haaa..udach Ray…nggak usah  dilayani yang penting kita makan ! Happy ! Tul nggak teman-teman ? kata si Hadi sambil berdiri dan jalan, mengajak untuk segera pergi.
“Ayooo nunggu apalagi cepetan, mumpung si Ray lagi royal….”,Lanjut Hadi dan  yang lain menimpali.

&&&*****&&&

HE’S MY BEST FRIEND
“Ray maaf, elu percaya sama gua khan ?”, kata Hadi dengan muka serius dan membuat aku tertawa.
“Ha..ha..ha.ha..ya..ya ..gua percaya seratus kali seratus persen sama elo…Ada-ada aja lu…pake nanya-nanya kayak gitu segala”
“Gua serius nich Ray ! Gua mau ngomong sama elu, tapi nanti lu marah lagi !”
“Ada apa sich ? Di , lu tahu gua khan ? Bilang aja…”
“Ray  elu tuh teman gua yang paling sohib. Kemana pergi kita selalu berdua, bahkan sampai saat inipun kita sama-sama belum kawin…”
“Oooohhh jadi maksud luh soal kawin ? Ha…ha…ha…kita memang sohib Di ! Tapi nasib kita beda ! Gua sudah punya bidadari dan elu ? Ha..ha….ha…masih aja ngelamun mikirin naskah dan corat-coret dikertas !”
“Ray tunggu dulu…bukan itu maksud gua. Sungguh gua serius….”
“Sudahlah Di….langsung saja….”
“Gua harap luh jangan tersinggung. Gua mau ngomong soal si Lisa !”
“Lisa …? Ada apa dengan dia Di ?”
Sesaat Hadi diam, menghela nafas dan terlihat mukanya menjadi serius bahkan terkesan khawatir.
“Ray gua harap ini salah. Gua merasa ada yang lain dengan Lisa “
“Sejak dia pulang dari Australia, dia jarang ngumpul lagi. Dan dia juga jarang sekali bicara dengan  kita-kita”
“Jadi  yang elo  maksud hanya itu Di ? Di.. dia sudah dewasa sekarang. Dia sudah bisa memilih yang mana harus bicara dan yang mana harus diam
“Tapi ada hal yang lain lagi Ray…”
“Di. Elu bicara jangan sepotong-potong gitu dong, khan gua bilang langsung aja. Jangan buat gua bingung !”
“Ray elu tahu nggak ? Setiap kita menyinggung pembicaraan mengenai hubungan elu sama dia, kelihatannya dia selalu menghindar. Dan malahan  kalau gua boleh tebak, terkesan tidak enak”


&&&*****&&&




…sedikit ku tertegun dalam kesendirian
Gelap pekat membentang didepan mata…
Burung-burung kecil terbanglah kesana..
Khabarkan pada angin cerita ini…
Aku sedang jatuh cinta…
Pada gadis kecil yang memainkan gitar…

Ombak dilautan, perdu di belantara
Terkadang  mampu bersatu dalam satu lagu…
Begitu yang kuharapkan, dapat mempersempit jarak..
Sikapku dan sifat kekanakanmu…

DIA MENELPON SAYA
Ya lagu ini dan gitar selalu menemaniku beberapa hari ini setelah kepulanganku dari Batam. Tepatnya setelah beberapa hari aku selalu gagal menemui atau berbicara dengan Lisa. Macam-macam saja jawabannya. “Lisa tidak ada dirumah”, begitu kata mamanya. Atau, “Lisa baru saja keluar !” Dan yang lebih kesal lagi,”Lisa baru saja tidur, istirahat, tidak mau digganggu”. Ada apa ini ? Kenapa tiba-tiba semua jadi seperti ini ? Aku  benar-benar jadi tak habis pikir. “Ha…mengapa semua ini terjadi ? Disaat aku sedang merasa indahnya cinta”

“Ray kenapa sich  luh kaya orang yang nggak tahu malu aja ? Sudah jelas si Lisa selalu menghindar terus”
“Sudah Ray cari aja yang lain. Setia amat sich luh sama dia. Dia aja nggak setia sama luh !”
“Cari aja yang lain….masih banyak Ray….yang kaya dia ! Bahkan lebih oke lagi. Luh pasti bisa dech !
Begitu kadang-kadang terlontar kata-kata dari teman-teman. Menyakitkan memang. Walau aku tahu mereka itu sebenarnya membelaku dan menghiburku. Tapi sungguh aku  merasa belum siap menerima kenyataan ini.
“Tok..tok..tok…”,begitu kudengar pintu kamarku diketuk.
“Siapa?”
“Ini mama.. Ray…”
Ada apa ma ?”
“Telpon Ray. Dari Lisa !”
“Lisa ?” Kaget hatiku. “Ya ma ! Ray angkat dari sini aja !”
Kuangkat gagang telpon. Sengaja kudiamkan dahulu…
“Hallo …? Kak Ray…? “, begitu kudengar suara Lisa dari sana.


Aku rindu sekali suara itu. Tapi kucoba untuk menahan semua itu dan kucoba untuk tetap berdiam.
“Kak Ray…? Lisa tahu pasti kak Ray marah…”
“Maaf ya kak Ray…Kalau gitu Lisa tutup saja”
Segera kujawab telpon itu.
“Lisa !”
“Kak Ray ?”
Kami berdua sama-sama hening sejenak. Aku tidak tahu apa yang sedang dipikirkan Lisa di ujung telpon sana. Tapi saat ini  hatiku sedang bergejolak…rindu…sedih dan juga emosi turut campur jadi satu.
“Ada apa Lisa ? Bukannya kamu tidak ingin bicara dengan saya lagi? Kataku dengan sedikit emosi.
Kudengar suara isak tangis yang tertahan di ujung telepon sana. Menjadi hening kembali.
“Kak Ray, Lisa ingin ketemu …Lisa ingin bicara…”
“Ya, kak Ray juga ingin bertemu. Banyak yang ingin kak Ray tanyakan. Kapan kita ketemu?”
“Besok pagi saja kak…”
“Kak Ray ke rumah ?”
“Kita ketemu ditaman biasa saja kak”
“Di taman ? Baik kak Ray tunggu besok pagi di sana”
“Sampai besok kak Ray “
“Ya Lisa…”
dan “klik” bunyi telpon ditutup di ujung sana.
Sungguh sejujurnya tak ingin kuakhiri pembicaraan itu. Aku masih rindu suaranya. Tapi biarlah…Mungkin penantianku serasa panjang untuk menunggu pertemuanku besok.


@@@@&&&&@@@@
DI TAMAN KENANGAN
Dulu ditaman ini, pertama kali cinta bersemi. Mungkinkah ditaman ini juga cinta akan berakhir ? Kupandangi kembali  sekeliling taman, masih seperti yang dulu. Pohon kamboja di sana, di bangku kenangan itu dan burung-burung kecil masih tetap beterbangan, masih seperti yang dulu. Tapi kenapa nasib cintaku tidak seperti yang dulu? Kulangkahkan kakiku menuju bangku tua itu, hatiku terasa pilu bila semakin dekat dengan bangku itu. Karena banyak kenangan yang tercipta  disana.

Pagi ini, di taman ini masih terasa udara dingin yang menusuk badan. Kusandarkan badan di bangku kayu yang biasa kami bertemu sambil kupandangi arah ke sebelah timur taman, biasanya dia datang dari arah sana dengan lari kecil sambil tersenyum., dan rambutnya yang panjang akan melayang-layang kebelakang dan kesamping bahunya. Lantas dari jauh saja dia sudah berteriak memanggilku “Kak Ray…!”, begitu teriaknya. Maka terlihat gigi putih bersih yang berderet bagus sekali.  Sungguh semuanya itu masih kuingat dan tak mungkin bisa kulupakan dan memang tak ingin kulupakan. “Oh ya !” masih ada satu hal lagi yang kuingat. Di badan kayu kamboja belakang bangku ini ada tertulis “Lisa dan gambar sepasang hati  yang tertusuk anak panah kemudian namaku Ray”. Coba aku lihat, mungkin masih ada disana. Ya, masih ada disana. Walau sudah tidak sejelas seperti pertama dibuat. Entahlah saat itu apa yang terlintas di hati Lisa, hingga dia membuat kenangan di pohon ini. Saat itu Lisa hanya berkata,”Ini tanda cinta kita takkan pernah berakhir”. “Tapi kenapa sekarang ini berubah……”

“Kak Ray…”, Kudengar dengan jelas suara itu tepat dibelakangku. Kubalikan badan dengan cepat.
“Lisa..??”, kataku sambil kupandangi tubuh seorang gadis yang ada dihadapanku sekarang ini.
“Lisa ku ini ?, bisik hatiku. Tinggi badannya sudah menyamaiku, wajahnya yang manis dan semakin menarik dengan sinar kedewasaannya. Dan..akh…rambutnya yang hitam panjang tetap dijaganya dengan utuh.
“Kak Ray !, sekali lagi Lisa menegurku.
“Lisa..”, jawabku dengan tetap mematung memandangnya.
“Maafkan Lisa kak Ray. Lisa telah membuat kak Ray bingung dan tak menentu”
“Ada apa Lisa ? Kenapa ? Kataku sambil mengajaknya duduk kebangku.
Tapi Lisa diam tak bergeming. Matanya lurus menatap tulisan yang ada di kayu. Sejenak kulihat wajahnya menahan emosi yang mendalam.
“Kamu teringat itu Lis..? kataku.
“Ya….tapi semua sudah berlalu”, katamu perlahan. “Semua telah berlalu”, Lisa mengulangi lagi sambil berusaha menghapus tulisan itu.
“Jangan Lis !, kucegah ia melakukan itu. “Kalaupun engkau sudah tidak ada, tapi biarlah itu tetap ada disana. Biar kenangan itu tetap abadi”
“Dan kenapa Lisa ? Kenapa dengan semua ini?”
“Apakah kamu telah punya pria lain?” Tanyaku sambil mencoba menatap matanya. Lisa tertunduk dan hanya melihat kebawah.
Sekarang aku dan Lisa telah duduk sama-sama dibangku tua itu. Biasanya dia selalu menyandarkan kepalanya dibahuku dan aku membelai rambutnya yang panjang hitam itu. Tapi kini tidak lagi.
“Kak Ray…Lisa sudah putuskan…”
“Pu..tuskan ? Apa yang sudah kamu putuskan lis ?”
“Hubungan kita telah berakhir….”
“Lisa !” aku terkejut sambil kupegang dagunya dan kutatap matanya. Aku yakin sinar mata itu tidak berubah. Tapi mengapa ? (hatiku bertanya).
“Apa kamu sadar dengan apa kamu ucapkan?”
“Lisa yakin…inilah jalan yang terbaik buat kita Kak Ray….”
“Jalan terbaik ? Bagaimana perpisahan ini kamu sebut jalan terbaik !”
“Terus terang saja Lisa. Kamu sudah punya yang lain bukan ?, tanyaku mendesak.
Tapi Lisa hanya diam membeku, tak ada sepata katapun yang keluar dari bibirnya. Dan aku menyadarinya. Tak ada gunanya hubungan ini dilanjutkan, bila isi dan tujuannya sudah kehilangan makna. Tak mungkin abadi bila semua itu hanya keterpaksaan saja.
Maka kuputuskan untuk berkata.
“Lisa walau kamu tidak mau mengatakan alasannya kenapa. Saya tidak bisa paksa kamu. Namun satu hal yang pasti dan dapat saya yakini”
“Saya mencintaimu dan tetap akan mencintaimu……”
Lisa menengadahkan wajahnya dan menatapku. Seolah banyak pertanyaan disana.
“Mengapa kak Ray masih mencintai saya , setelah semua ini terjadi ?
“Lisa ..apakah matahari memberi alasan untuk menyinari bumi ? Begitupula cinta kak Ray…padamu. Satu-satunya alasan adalah , cinta “
“Cukup kak Ray, terserah kak Ray”, katamu agak keras dan membuatku sedikit terhentak.
“Yang penting Lisa sudah menyampaikan semuanya. Dan mulai saat ini Lisa tidak ada hubungan lagi dengan Kak Ray”, lantas kamu berdiri dan hendak pergi. Aku  pegang tangannya untuk menahannya pergi. Kamu menatapku sambil melepaskan peganganku.
“Kak Ray …ini sudah berakhir”, dan kamu pergi meninggalkan saya sendiri.
Kini aku tinggal sendiri duduk dibangku tua ini, seakan tak percaya dengan baru saja terjadi. Apakah ini mimpi ? Kalau mimpi, pasti ini mimpi yang paling buruk selama hidupku. Dan aku ingin segera bangun. Tapi kenyataannya ini adalah nyata. Kenyataannya engkau memang pergi meninggalkanku. Kenyataannya aku tinggal sendiri dibangku kayu tua ini.

Dulu ditaman ini , cinta pertama kali bersemi.
Dulu ditaman ini terucap janji-janji cinta abadi…
Dulu ditaman ini burung-burung kecil menjadi saksi kisah cinta penuh romantik.
Kenapa harus berubah ?
Mengapa harus terjadi ?
Mengapa semua ikatan cinta yang selama terbina tak mampu menahannya ?
Apakah cintaku salah ?
Ataukah dia salah mencinta ?
Sesungguhnya taman tidak ada yang berubah,
Burung-burung kecil tetap bernyanyi riang…
Dan,
Bangku kayu tua ini tetap ada disini,
Kali ini kembali bunga kamboja berguguran….
Tapi kali ini untuk mengiringi perpisahanku dengannya…..

Sad story begin to
*****&&&&******
Jakarta, 22 Juli 2001

Tidak ada komentar: